Timbul sebuah pertanyaan apakah pada
diri seseorang secara ekstrem dapat melekat suatu gaya kepemimpinan tertentu
jika ia diberi tugas menjadi seorang pemimpin? Secara mutlak tentu saja tidak. Pada
diri seorang pemimpin keempat gaya kepemimpinan itu dapat saja dimiliki secara
bersamaan. Akan tetapi besarnya kekuatan gaya tersebut pada tiap pemimpin pasti
berbeda-beda. Ada pemimpin yang gaya demokratisnya lebih menonjol dan ada pula yang
gaya otoriternya lebih menonjol. Demikian seterusnya. Ini bukan berarti bahwa
pemimpin yang demokratis dan otoriter tidak memiliki gaya supervisory dan
faire. Mungkin saja memiliki gaya tersebut namun presentasenya tidak
terlalu besar. Gaya kepemimpinan yang paling menonjol pada diri seseorang akan
membuat orang lain menilai bahwa itulah gaya kepemimpinan pemimpin yang
bersangkutan. Hal ini logis karena gaya kepemimpinan yang menonjol itu yang
dapat dilihat sebagai fenomena bagi orang lain.
Pemimpin yang profesional harus
dapat menentukan gaya kepemimpinan mana yang harus diambil dengan melihat
budaya perusahaannya. Budaya perusahaan yang tumbuh berkembang dalam perusahaan
harus dijadikan pertimbangan penting dalam memanfaatkan gaya kepemimpinan yang
diperlukan. Jika hal ini tidak dilakukan, dapat timbul kendala-kendala yang
cukup serius karena gaya kepemimpinan yang diterapkan ternyata tidak sesuai
dengan kondisi perusahaan. Sebagai contoh, gaya kepemimpinan demokratis
biasanya cocok untuk memimpin para karyawan yang telah memiliki kematangan
intelektual, kematangan mental, dan kematangan dalam berorganisasi. Mereka terbiasa
berpikir mandiri, memiliki visi ke depan, memiliki inisiatif dan tanggung jawab
yang besar dalam pekerjaan. Sebaliknya karyawan yang kematangan intelektual,
mental, dan kematangan berorganisasinya rendah akan cenderung lebih cocok dipimpin
dengan gaya otoriter. Oleh karena itu tidak ada gaya kepemimpinan yang mutlak
baik. Efektif tidaknya gaya kepemimpinan tergantung pada situasi dan kondisi
yang dihadapi.
Dari fakta tersebut maka seorang
pemimpin tidak dianjurkan untuk bersikeras memilih satu gaya kepemimpinan saja.
Perlu adanya kombinasi. Cara memimpin seperti ini disebut gaya kepemimpinan situasional
atau situational leadership. Gaya kepemimpinan situasional bersifat
lentur, fleksibel atau adaptif terhadap perkembangan situasi dan kondisi
perusahaan. Dalam penerapannya diperlukan kepekaan dan keterampilan pemimpin
sehingga dapat mencapai harapan yang diinginkan.
0 comments:
Post a Comment