Blue Wings - Working In Background

"Sambas"

Powered By Blogger

GOOGLE FEED BURNER

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Friday, 18 November 2016

ASPEK-ASPEK PSIKOLOGI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN BERAGAMA



A.  Motivasi Beragama
1.   Pengertian Motivasi
Motivasi itu sendiri merupakan istilah yang lebih umum digunakan untuk menggantikan tema “ motif-motif “  yang dalam bahasa inggris disebut dengan motive yang berasal dari motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Karena itu motivasi erat hubungannya dengan “gerak”, yaitu gerakan yang dilakukan manusia atau disebut tingkahlaku atau amaliyah.  Motivasi dalam psikologi berarti ransangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku.
2.  Peran Motivasi
Motivasi memiliki beberapa peran dalam kehidupan manusia, setidaknya ada empat peran motivasi yaitu :
a.    Motivasi berfungsi sebagai pendorong manusia dalam berbuat sesuatu, sehingga menjadi unsur penting dari tingkah laku atau tindakan manusia.
b.    Motivasi berfungsi untuk menentukan arah dan tujuan.
c.    Motivasi berfungsi sebagai penyeleksi atas perbuatan yang akan dilakukan oleh manusia baik atau buruk, sehingga tindakkannya selektif.
d.   Motivasi berfungsi sebagai penguji sikap manusia dalam beramal, benar atau salah, sehingga bisa dilihat kebenaran atau kesalahan yang bersifat emosional dan subyektif.
Berbicara tentang agama memerlukan suatu sikap ekstra hati-hati, karena meskipun masalah agama merupakan masalah sosial, tetapi penghayatan- nya sangat bersifat individual. Apa yang dipahami dan apa yang dihayati sebagai agama oleh seseorang, sangat bergantung pada latar belakang dan kepribadiannya. Hal ini membuat adanya perbedaan tekanan penghayatan dari satu orang keorang lain, dan membuat agama menjadi bagian yang amat mendalam dari kepribadian atau privacy seseorang. Oleh karena itu, agama senantiasa bersangkutan dengan kepekaan emosional.[1]
3.    Jenis Motivasi
Jenis motivasi ada dua yaitu :
a.    Motivasi beragama yang rendah
1)   Karena didorong oleh keinginan untuk mendapat perasaan jah dan riya’
2)    Karena ingin mematuhi orang tua dan menjauhkan larangannya
3)    Karena demi gengsi atau prestise
4)   Karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan sesuatu atau seseorang
5)   Karena didorong oleh keinginan untuk melepaskan diri dari kewajiban agama.
b.    Motivasi beragama yang tinggi
1)   Karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan surga dan menyelamatkan diri dari azab neraka.
2)   Karena didorong oleh keinginan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
3)   Karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keridhaan Allah dalam hidupnya.
4)   Karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan kesejahteraan dan kebahagian hidup.
5)   Karena didorong oleh ingin hulul (mengambil tempat untuk menjadi satu dengan Tuhan).
6)   Karena didorong oleh kecintaan (mahabbah) kepada ALLAH SWT.
7)   Karena ingin mengetahui rahasia Tuhan dan perraturan Tuhan tentang segala yang ada (ma’rifah).
8)   Karena didorong oleh keinginan untuk al-ittihad (bersatu dengan Tuhan).
Berbicara mengenai motivasi, kita mengenal apa yang disebut dengan motivasi lebih tinggi, seperti kreativitas dan cinta kasih. Ada kalanya untuk sementara waktu kita “mengalihkan paandangan dari diri sendiri”, dimana kita merasa bahwa ada sesuatu yang lebih agung dibandingkan dengannya. Perasaan semacam ini juga menyertai kebiasaan tertentu. Dengan mencurahkan cinta kasih bagi orang lain tanpa pandang bulu, kita seolah-olah mengabaikan atau melupakan “diri” kita sendiri, tetapi memperoleh kebahagiaan atau wawasan spritual yang lebih tinggi sebagai gantinya. Kebanyakan agama dan filsafat menjadikan hal ini sebagai tujuan tertingginya.[2]
B.  Inteligensi Beragama
1. Pegertian Inteligensi
Inteligensi ( kecerdasan ) dalam bahasa ingris disebut intelligence dan bahasa arab disebut al-dzaka meenurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu.
Kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktur akal ( intellect ) dalam menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif ( al-majal al-ma’rifi)
2.    Macam-Macam Inteligensi
a.   kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan proses kognitif seperti berpikir, daya menghubungkan dan menilai atau mempertimbangkan sesuatu.
b.  Kecerdasan Emosional
1)   pengertian kecerdasan emosional merupakan istilah baru yang pertama kali ditemukan oleh salovey, namun istilah tersebut menjadi popular ditengah-tengah masyarakat. Kemudian dari istilah tersebut kecerdasan emosional untuk menggambarkan sejumlah kemampuan mengenali emosi diri sendiri.
2)   Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional
    Ari Ginanjar mengemukakan aspek-aspek yang berhubungan dengan kecerdasan emosional dan spiritual, yaitu :
a)    Konsisten ( istiqamah )
b)   Kerendahan hati ( tawadhu’)
c)    Berusaha dan berserah diri ( tawakkal )
d)   Ketulusan ( ikhlas ) dan totalitas ( kaffah )
e)    Keseimbangan ( tawazun )
f)    Integritas dan penyempurnaan ( ihsan )
c.    Kecerdasan Moral
Kecerdasan moral ialah kemampuan untuk merenungkan mana yang benar dan mana yang salah, dengan menggunakan kecerdasan emosional dan intelektual pikiran manusia. Indikator kecerdasan moral adalah bagaimana seseorang memilikii pengetahuan tentang moral yang benar dan yang buruk.
Menurut Abdul Mujid kecerdasan moral tidak bisa dicapai dengan menghafal atau mengingat kaedah atau aturan yang dipelajari di dalam kelas, melainkan membutuhkan interaksi dengan lingkungan luar. Ketika seorang anak berinteraksi dengan lingkungan maka dapat diperhatikan bagaimana sikap yang diperankan, penuh batas kasih, adanya atensi, tidak sombong atau angkuh, egois atau mementingkan diri sendiri dan sejumlah sikap lainnya.[3]
d.   Kecerdasan Spritual
Kecerdasan spiritual bukanlah doktrin agama yang mengajak manusia untuk cerdas memilih salah satu agama, ia merupakan sebuah konsep yang berhubungan bagaimana seseorang mempunyai kecerdasan dalam mengelola makna-makna, nilai-nilai dan kualitas kehidupan spritualnya.
e.     Kecerdasan Qalbiah
Kecerdasan qalbiah adalah sejumlah kemampuan diri secara cepat dan seempurna, untuk mengenal kalbu dan aktivitas-aktivitasnya, mengelola dan mengekspresikan jenis-jenis kalbu secara benar, memotivasi kalbu untuk membina hubungan moralitas dengan orang lain, dan hubungan ubudiah dengan Tuhan.[4]
C.  Sikap Keagamaan
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong sisi orang untuk bertingkah laku yang berkaitan dengan agama.  Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif perasaan terhadap agama sebagai komponen efektif dan prilaku terhadap agam sebagai komponen kognitif.
Kemudian bagaimana rasa keagamaan itu dapat mempengaruhi ketentraman batin seseorang. Berbagai konflik yang terjadi dalam diri seseorang hingga ia menjadi lebih taat menjalankan ajaran agamanya atau meninggalkan ajaran itu sama sekali.[5]
Menurut Siti Partini pembentukan dan perubahan sikap dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1.    Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan mengolah atau menganalisis pengaruh yang datang dari luar, termasuk disini minat dan perhatian.
2.    Faktor eksternal, berupa faktor di luar dari individu yaitu pengaruh lingkungan yang diterima.
D.  Tingkah Laku Keagamaan
1.    Pegertian Tingkah Laku
Tingkah laku itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan yang dibuat sejumlah makhluk hidup. Dalam hal ini, tingkah laku itu walaupun harus mengikut sertakan tanggapan pada suatu organisine, termasuk yang ada diotak, bahasa, pemikiran, impian-impian, harapan- harapan, dan sebagainya, tetapi ia juga menyangkut mental sampai aktivitas fisik.
2.    Pengertian Tingkah Laku  Keagamaan
Tingkah laku keagamaan adalah segala aktivitas manusia dalam kehidupan didasarkan atas nilai-nilai agama yang diyakininya. Tingkah laku keagamaan tersebut merupakan perwujudan dan jiwa keagamaan berdasarkan kesadaran dan pengalaman beragama pada diri sendiri.
Tingkah laku keagamaan itu sendiri pada umumnya didorong oleh adanya suatu sikap keagamaan yang merupakan keadaan yang ada pada diri seseorang. Dengan sikap itulah akhirnya lahir tingkah laku keagamaan sesuai dengan kadar ketaatan seseorang terhadap agama yang diyakininya
3.    Motivasi Yang Melahirkan Tingkah Laku Keagamaan
Penyebab tingkah laku keagamaan manusia itu merupakan campuran antara berbagai faktor, baik faktor lingkugan, biologi, psikologi rohaniah, unsur fungsional, unsur asli dan fitrah atau karunia Tuhan. Karena itu studi yang mampu membahas masalah empiris, non empiris dan rohaniah adalah agama.
 Menurut Nico Syukur Dister terdapat empat hal yang menyebabkan seorang memunculkan tingkah laku keagamaan, yaitu :
a.    untuk mengatasi frustasi
b.    untuk menjaga kesusilaan serta tata tertip masyarakat
c.    untuk memuaskan intelek yang ingin tahu
d.   untuk mengatasi ketakutan
E.  Ketaatan Beragama
Ketaatan beragama membawa dampak positf terhadap kesehatan mental karena pengalaman membuktikan bahwa seseorang yang taat beragama ia selalu mengingat Allah SWT. Karena banyaknya seseorang mengingat Allah SWT, jiwa akan semakin tentram.
Untuk lebih jelasnya dapat diperincikan sebagai berikut :
1.    Faktor psikologis yaitu kepribadian dan kondisi mental.
2.    Faktor umum yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan tua.
3.    Faktor kelamin yaitu laki-laki dan wanita.
4.     Faktor pendidikan yaitu orang awam, pendidikan menengah dan intelektual.
5.    Faktor stratifikasi social yaitu petani, buruh, karyawan, pandangan dan sebagainya.[6]

F.   Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan jiwa keagamaan  dipengaruhi oleh  berbagai aspek psikologis yang  secara tidak langsung menyatakan bahwa antara agama dan psikologi saling mempengaruhi, yakni diantaranya dalam hal motivasi beragama, intelegensi (kecerdasan) beragama, sikap beragama, tingkah laku beragama, dan ketaatan beragama.
Motivasi memiliki beberapa peran dalam kehidupan untuk menjalankan aktivitas keagamaan, ada empat motivasi yang berperan dalam kehidupan manusia. Motivasi berfungsi sebagai pendorong manusia dalam berbuat sesuatu, penyeleksi atas perbuatan, menentukan arah dan tujuan, penguji manusia dalam beramal.
 Intelegensi berarti kapasitas umum dari seorang individu yang dapat dilihat padakesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru, keadaan rohaniah secara umum yang dapat disesuaikan dengan problem-problem dan kondisi-kondisi yang baru didalam kehidupan.
Didalam sikap keagamaan antara komponen kognitif, efektif dan kognatif saling berintegrasi sesamanya secara kompleks. Sikap keagamaan bukan merupakan bawaan akan tetapi dalam pembentukan dan perubahannya ditentukan oleh faktor internal dan eksternal.
Tingkah laku keagamaan itu itu sendiri pada umumnya didorong oleh adanya suatu sikap keagamaan yang merupakan keadaaan yang ada pada diri seseorang. Sedangkan  Ketaatan beragama membawa dampak positf terhadap kesehatan mental karena pengalaman membuktikan bahwa seseorang yang taat beragama ia selalu mengingat ALLAH SWT.



DAFTAR PUSTAKA
Dadang Kahmad. 2009. Sosiologi Agama. Bandung:  Pt Remaja Rosdakarya
George Boeree.2008.  Psikologi Sosial. Jogjakarta:  Prismasophie
Jalaludin. 2010. Psikologi Agama. Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada
Ramayulis. 2007. Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia

















[1] Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung:  Pt Remaja Rosdakarya, 2009), Hal 161.
[2] George Boeree, Psikologi Sosial, (Jogjakarta:  Prismasophie, 2008), Hal 30
[5] Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada, 2010), Hal 17
[6] Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), Hal: 102

0 comments: