Namanya:
Syu'bah bin Al-Hajjaj bin Al-Ward Al-'Ataki Al-Azdi Abu Bistham Al-Wasathi. Dia
adalah mantan seorang budak yang telah dibebaskan.
Kelahirannya:
Syu'bah lahir pada tahun 80 Hijriyah di daerah kekuasaan Abdul Malik bin
Marwan. Sedangkan Abu Zaid Al-Harawi mengatakan, "Syu'bah lahir pada tahun
82 Hijriyah". Wallahu a'lam.
Sifat-sifatnya:
Syu'bah adalah seorang yang gagap dan mempunyai kulit yang kering karena banyak
melakukan ibadah. Pakaian yang dikenakan Syu'bah seperti warna debu, dia adalah
orang yang banyak beribadah. Abdul Azizi bin Abi Rawwad berkata, "Ketika
Syu'bah menggaruk badannya maka akan muncul debu, dia seorang yang banyak
beribadah dan banyak melakukan shalat".
Abu Abdullah Al-Hakim berkata,
"Syu'bah adalah pimpinan para ulama hadits yang ada di Bashrah. Syu'bah
hidup sezaman dengan Anas bin Malik dan Amr bin Salamah Al-Jarmi. Dia telah
mendapatkan hadits-hadits dari 400 guru dari generasi Tabi'in..
Abu Nadhar berkata, "Jika
Sulaiman bin Al-Mughirah menyebut Syu'bah maka dia menyebut dengan sebutan
'pimpinan para ulama hadits' dan jika Syu'bah menyebut Sulaiman, maka dengan
sebutan 'pimpinan orang-orang yang gemar membaca'."
Dari Al-Fudhail bin Ziyad, dia berkata, "Ahmad bin Hambal
pernah ditanya seseorang, "Dalam ilmu hadits siapakah yang kamu senangi
antara Syu'bah dan Sufyan?" Dia menjawab: "Syu'bah adalah orang yang
paling cerdas dan cermat dalam hadits".
Hasan bin Isa telah berkata, "Aku mendengar Ibnul Mubarak
berkata: "Ketika aku bersama Sufyan, dan datang berita tentang kematian
Syu'bah, maka Ibnul Mubarak berkata, "Pada hari ini hadits telah
mati".
Abu Quthn berkata, "Syu'bah memberikan sebuah surat
kepadaku untuk aku berikan kepada Abu Hanifah, dan aku pun mengantarkannya.
Setelah sampai, Abu Hanifah bertanya, "Bagaimana kabar Abu Bistham?"
aku menjawab, "Dia baik-baik saja". Lalu Abu Hanifah berkata,
"Dia adalah sebaik-baik anugerah".
Sedang Abu Nu'aim mengatakan, "Di antara para ulama
terdapat seorang ulama yang sangat masyhur, ilmunya telah menyebar ke berbagai
penjuru dunia dan namanya telah dicantumkan di berbagai buku sejarah. Dia
seorang ulama yang hidup sederhana, menjadi seorang budak dan telah banyak
meneliti tentang hadits. Dia adalah Amirul Mukminin dalam riwayat dan
hadits. Karena kehadirannya, ulama-ulama hadits merasa bangga, baik yang salaf
maupun yang khalaf. Dia banyak mencurahkan perhatiannya untuk melakukan
penelitian tentang keshahihan hadits, membersihkan hadits dari berbagai
kebatilan dan hujjahnya kuat. Ulama ini adalah Abu Bistham Syu'bah bin
Al-Hajjaj. Dia seorang yang fakir, dan hanya kepada Allah lah dia
menggantungkan kebutuhannya."
Umar bin Harun berkata, "Syu'bah berpuasa sepanjang tahun
dan tidak ada yang mengetahuinya, Sedang Sufyan Ats-Tsauri berpuasa tiga hari
dalam setiap bulannya dan telah diketahui banyak orang".
Abu Quthn berkata, "Aku tidak melihat Syu'bah sedang
rukuk kecuali aku menduga dia sedang lupa, dan aku tidak melihat dia duduk dari
sujud kecuali aku menduga dia sedang lupa, karena begitu khusyu' dan lamanya
dia beribadah".
Syu'bah pernah berkata, " Apabila aku telah mempunyai
tepung dan kayu bakar, maka tidak ada yang membuatku menderita di dunia
ini".
Dari Qirad Abu Nuh, dia berkata, "Syu'bah melihatku
memakai baju, dia bertanya: "Berapa kamu membeli baju itu?" Aku
menjawab: "Delapan dirham", lalu dia berkata: "Celaka, takutlah
pada Allah, belilah baju dengan harga empat dirham dan shadaqahkanlah yang
empat dirham, karena yang demikian itu lebih baik bagimu." Aku menjawab:
"Wahai Abu Bistham, sesungguhnya aku bergaul dengan banyak orang, dan aku
ingin tampil indah di hadapan mereka." Lalu beliau berkata: "Apa
gunanya memamerkan keindahan pada mereka".
Dari Abdurrahman bin Mahdi, dia berkata, " Aku tidak
melihat orang yang lebih cerdas dari Malik bin Anas, Aku tidak melihat orang
yang lebih sederhana Dari Syu'bah, dan aku tidak melihat orang yang lebih baik
dalam memberi nasehat kepada umatnya dari Abdullah bin Mubarak".
Dari Abu Dawud Ath-Thayalisi,
dia berkata, "Ketika kami sedang bersama Syu'bah, Sulaiman bin Al-Mughirah
datang dalam keadaan menangis, maka Syu'bah bertanya kepadanya: "Apa yang
membuatmu menangis wahai Abu Said?" dia menjawab: "Keledaiku mati,
sehingga pemasukanku pun menjadi hilang." Syu'bah bertanya: "Berapa
kamu membelinya?" dia menjawab: "Tiga dinar." Syu'bah berkata:
"Aku mempunyai tiga dinar, sungguh aku tidak memiliki lebih dari itu,
kemarilah." Syu'bah lalu memberikan uang tiga dinar kepada Abu Said dan
berkata: "Gunakanlah uang ini untuk membeli keledai dan jangan menangis
lagi".
Dari Abu Dawud, dia berkata,
"Suatu ketika kami sedang berada di rumah Syu'bah untuk menulis dan
mengarang kitab, tiba-tiba seorang pengemis datang, kemudian Syu'bah berkata
pada kami: "Bershadaqahlah kepada pengemis itu!" Tidak ada yang mau
mengeluarkan sepersen pun untuk bersedekah, sehingga beliau mengulangi lagi
perkataannya: "Bersedekahlah untuk pengemis itu! Abu Ishaq telah
menceritakan sebuah hadits kepadaku bahwa Rasulullah bersabda:
اِتَّقُوا
النَّارَ وَ لَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
"Takutlah kalian dengan bara api neraka, (bersedekahlah) walau dengan separuh
kurma".
Abu Dawud berkata: Tetap saja
tidak ada yang mau mengeluarkan sedekah, sehingga Syu'bah berkata lagi:
"Sesungguhnya Amr bin Murrah menceritakan sebuah hadits kepadaku bahwa
Rasulullah telah bersabda:
اِتَّقُوا
النَّارَ وَلَوْبِشِقِّ تمَرْةَ,ٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوْا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ.
"Takutlah kalian dari
bara api neraka, (bersedekahlah) walau dengan separuh kurma. Jika kalian tidak
mempunyai sesuatu, maka ucapkanlah kalimat yang baik".
Tetap saja tidak ada yang mau
mengeluarkan sedekah, maka Syu'bah berkata untuk yang ketiga kalinya:
"Bershadaqahlah kepada pengemis itu! Sesungguhnya Muhalla Adh-Dhabi
menceritakan sebuah hadits kepadaku, dari Ady bin Hatim berkata, Rasulullah
bersabda:
اِسْتَتِرُوْا
مِنَ النَّارَ وَلَوْبِشِقِّ تمَرْةَ,ٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوْا فَبِكَلِمَةٍ
طَيِّبَةٍ.
"Berlindunglah kalian
dari sengatan api neraka (dengan bershadaqah) meskipun dengan separo korma.
Jika kalian tidak mempunyai maka ucapkanlah perkataan yang baik".
Dan ketika mereka tetap saja
tidak mau mengeluarkan shadaqah, maka Syu'bah berkata: "Pergilah kalian
dari rumahku, sungguh aku tidak akan memberikan hadits kepada kalian selama
tiga bulan". Kemudian dia masuk ke dalam rumah dan mengambil makanan dan
memberikannya kepada pengemis itu sambil berkata: "Ambillah makanan ini,
sesungguhnya ini adalah jatah makan kita hari ini".
E. Kehati-Hatiannya Dalam
Meriwayatkan, Kecermatan Dalam Mengambil Hadits Dan Celaannya Kepada Para Pendusta Hadits
Abu Dawud Ath-Thayalisi
berkata, aku mendengar Syu'bah bin Al-Hajjaj berkata: "Setiap hadits yang
tidak diriwayatkan dengan "Haddatsana" atau "Akhbarana",
maka hadits itu tidak ada artinya dan tidak dianggap".
Hammad bin Zaid berkata,
"Aku berpapasan dengan Syu'bah bin Al-Hajjaj yang menggenggam segumpal
tanah, lalu aku bertanya kepadanya: "Mau ke mana wahai Abu Bistham?"
Dia menjawab: "Aku akan menemui Aban bin Iyyasy, dia akan aku adukan ke
pengadilan karena telah mendustakan Rasulullah." Aku berkata kepadanya:
"Aku khawatir terhadapmu." Hammad bin Zaid lalu berkata: Kemudian aku
menahannya dan dia pun kembali".
Abu Nu'aim berkata, aku
mendengar Syu'bah berkata: "Sesungguhnya berzina lebih baik bagiku dari
pada berdusta kepada Nabi Muhammad saw."
Abu Al-Walid berkata, Hammad
bin Zaid berkata kepadaku: "Jika terjadi perselisihan antara aku dan
Syu'bah, maka aku akan mengikuti pendapatnya", akupun bertanya kepadanya,
"kenapa bisa seperti itu, wahai Hammad?" dia menjawab: "Karena
Syu'bah tidak cukup mendengar setiap hadits dengan dua puluh kali, sedangkan
aku hanya cukup mendengar sekali".
Abu Al-Walid berkata,
"aku bertanya kepada Syu'bah tentang suatu hadits", maka dia
menjawab: "Sungguh aku tidak akan mengatakan sesuatu kepadamu tentang
hadits itu". Aku bertanya kepadanya, "Kenapa?" dia menjawab:
"Karena aku tidak mendengar hadits itu kecuali hanya sekali".
1.
Guru Syu’bah bin Al-Hajjaj
a)
Anas bin Sirin,
b)
Ismail bin Raja’,
c)
Salamah bin Kuhail,
d)
Jami’ bin Syaddad,
e)
Sa’id bin Abu Sa’id
Al-Maqburi,
f)
Jabalah bin Suhaim,
g)
Al-Hakam bin Utaibah,
h)
Amr bin Murrah,
i)
Zubaid bin Al-Harits Al-Yami,
j)
Qotadah bin Di’amah,
k)
Mu’awiyah bin Qurrah,
l)
Abu Jamrah Adh-Dhuba’i,
m)
Amr bin Dinar,
n)
Yahya bin Abi Katsir,
o)
Ubaid bin Al-Hasan,
p)
Adi bin Tsabit,
q)
Thalhah bin Musharaf,
r)
Al-Minhal bin Amr,
s)
Sa’id bin Abu Burdah,
t)
Simak bin Al-Walid
u)
Dan lain-lain. Banyak lagi
guru-guru dari Syu’bah bin Al-Hajjaj.
2.
Murid-Murid Syu’bah bin Al-Hajjaj
a)
Ayyub As-Sakhtiyani,
b)
Al-A’masy,
c)
Muhammad bin Ishaq,
d)
Ibrahim bin Sa’ad,
e)
Sufyan Ats-Tsauri,
f)
Syarikh bin Abdullah,
g)
Sufyan bin Uyainah,
h)
Yahya bin Sa’id,
i)
Abdurrahman bin Mahdi,
j)
Muhammad bin Ja’far Ghundar,
k)
Abdullah bin Al-Mubarak,
l)
Yazid bin Zurai’,
m) Khalid
bin Al-Harits,
n)
Muhammad bin Abi Adi,
o)
Ibnu Ulayyah,
p)
Mu’adz, bin Mu’adz,
q)
Wahb bin Jarir,
r)
Adam bin Abu Iyas,
s)
Dan banyak lagi ulama-ulama yang menuntut ilmu
dengan Syu’bah bin Al-Hajjaj yang tidak dapat disebutkan.
G. Beberapa Kata Mutiara Syu’bah bin
Al-Hajjaj
Dari Muammal bin Isma'il, dia
berkata: "Aku mendengar Syu'bah berkata: "Setiap hadits yang tidak
disertai "Haddatsana" adalah seperti seorang laki-laki
yang berada di padang pasir yang sedang menunggang seekor unta yang tiada
kendali baginya".
Hamzah bin Az-Ziyat berkata,
"Aku mendengar Syu'bah bebicara tidak lancar (gagap) dan kulitnya
mengering karena terlalu banyaknya dia beribadah. Syu'bah pernah berkata:
"Jika aku meriwayatkan kepada kalian sebuah hadits, maka aku telah
mendengar dari orang yang bisa dipercaya periwayatannya".
Ibnu Quthn berkata, "Aku
mendengar Syu'bah berkata: "Tidak ada yang lebih aku takuti kecuali
dimasukkan ke dalam kobaran api neraka karena meriwayatkan hadits".
Dari Syababah, dia berkata: “Aku datang kepada
Syu’bah di mana dia akan meninggal. Saat itu Syu’bah sedang menangis sehingga
aku menanyainya, Apa yang membuatmu sedih wahai Abu Bistham? Bergembiralah!
Kamu telah lahir dalam masyarakat yang islami.” Syu’bah menjawab, “Tinggalkan
diriku, sungguh aku telah hidup dalam kesenangan dan tidak mengetahui banyak
hadits.”
Dari Abu Quthn, dia berkata, “Aku mendengar
Syu’bah berkata: “Tidak ada yang membuat diriku takut kecuali dimasukkan ke
dalam kobaran api neraka karena meriwayatkan hadits.”
Adz-Dzahabi memberikan komentar: “Setiap orang
yang telah mempunyai niat yang benar dalam mencari ilmu, maka dia akan ditimpa
ketakutan, sebagaimana yang dirasakan Syu’bah, dia hanya berharap untuk
keselamatannya.”
Sa’ad bin Syu’bah berkata: “Ayahku memberikan
wasiat, yaitu jika dia meninggal agar memusnahkan tulisannya. Dan setelah dia
meninggal maka tulisannya pun dimusnahkan.”
Adz-Dzahabi menambahkan komentarnya: “Wasiat
seperti ini telah dilakukan orang lain, yaitu dengan memusnahkan, membakar dan
mengubur dalam tanah. Mereka takut kalau tulisan mereka jatuh di tangan orang
jahat, sehingga ditambahi dan dirubah.”
Abu Bakar Manjawaih berkata: “Syu’bah lahir
tahun 82 Hijriyah dan meninggal pada awal tahun 160 Hijriyah. Syu’bah meninggal
dalam umurnya yang ke 77 tahun.[1]
[1]
Syaikh Ahmad Farid, Biografi 60 Ulama Ahlus Sunnah
Yang Paling Berpengaruh &Fenomenal Dalam Sejarah Islam, (Jakarta: Darul
Haq, 2012) Hal. 325
0 comments:
Post a Comment