Blue Wings - Working In Background

"Sambas"

Powered By Blogger

GOOGLE FEED BURNER

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Tuesday, 15 November 2016

MISKOMUNIKASI MAHASISWA DI SEBUAH PERGURUAN TINGGI

Oleh : Halim Setiawan
Perguruan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan setelah di sekolah menengah. Pendidikan tersebut diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik sehingga menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat keilmuan yang mendalam. Peserta didik yang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi disebut mahasiswa.
Mahasiswa dalam sebuah perguruan tinggi itu tidak hanya berasal dari daerah setempat melainkan datang dari berbagai daerah. Apalagi perguruan tinggi yang berada di kota-kota besar, mahasiswanya banyak yang berasal dari luar daerah hingga luar provinsi.
Setiap mahasiswa memiliki karakter, budaya dan bahasa masing-masing. Semakin banyak mahasiswanya, maka keanekaragaman juga akan terlihat jelas, sehingga komunikasi yang terbentuk semakin luas. Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan inforamasi dari satu orang kepada orang lain dengan maksud tertentu, (Tommy Suprapto, 2009: 5).  Komuniksi juga dapat diartikan sebagai proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih aktor komunikasi lewat pengguna tanda-tanda.  (Asep Saeful Muhtadi, 2012: 21). Komunikasi yang terbentuk memberikan warna tersendiri kepada setiap mahasiswa. Tidak menutup kemungkinan dengan adanya keanekaragaman tersebut, maka miskomunikasi bisa saja terjadi antar semama mahasiswa maupun antar kelompok mahasiswa. Miskomunikasi tersebut dapat menimbulkan suatu konflik yang berkepanjangan jika tidak segera dinetralisir.
Ketidakpastian makna atau tujuan karena perbedaan konsep atau konsepsi suatu ajaran yang disebabkan oleh kesalahpahaman, perbedaan persepsi, dan perbedaan tujuan akan mengakibatkan terjadinya salah komunikasi (miskomunikasi) bahkan kesenjangan komunikasi (comunication gap), atau sekurang-kurangnya akan terjadi nuansa dari variants yang dapat menimbulkan kebingungan (confusion), frustasi, atau sikap masa bodoh yang disebabkan oleh tidak adanya pengertian. (Jusuf Amir Feisal, 1995: 352).
Miskomunikasi merupakan pesan atau informasi yang disampaikan dan dipahami dengan pengertian yang salah oleh si penerima pesan atau penerima informasi. Sehingga tujuan yang diharapkan dari komunikasi tersebut tidak tercapai.
Miskomunikasi yang terjadi dalam ruang lingkup mahasiswa salah satunya bisa saja disebabkan ketidak pahaman dalam berbahasa, karena beda daerah berbeda juga bahasanya. Sebagai contoh dalam bahasa sunda kata bogoh berarti suka, sayang, dan cinta, sedangkan dalam bahasa melayu khususnya melayu Sambas, bogoh berarti orang yang kuat makan atau orang yang rakus, bogoh juga nama lain dari binatang yaitu luwak. Hanya dikarenakan kurang faham mengenai makna suatu kata dapat menimbualkan suatu konflik. Padahal maksud dari kata tersebut adalah untuk mengungkapkan sutu rasa yaitu rasa suka, cinta, dan sayang.

Bahasa sangat mempengaruhi efektif atau tidaknya suatu komunikasi. Melalui bahasa segala informasi tersampaikan untuk di proses lebih lanjut. Hal tersebut yang perlu di garis bawahi agar miskomunikasi dalam ruang lingkup mahasiswa itu tidak terjadi. Berdasarkan kasus diatas memberikan suatu contoh kepada mahasiswa yang memiliki keanekaragaman budaya maupun bahasa yang terdapat dalam suatu perguruan tinggi, agar selalu menjalin hubungan komunikasi antara satu dengan yang lain. Hargai lawan ketika bicara, karena menghargai dan menghormati lawan bicara akan membuat seseorang cenderung berhati-hati dalam memilih kata dan mengungkapkannya. Informasi yang disampaikan haruslah jelas dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh semua mahasiswa yaitu bahasa Indonesia. Semua itu adalah untuk menjaga agar miskomunikasi tidak akan terjadi, karena komunikasi yang baik adalah awal dari sebuah kesuksesan.

0 comments: