A. Asal Usul Tenun Sambas
Tenun ikat Sambas atau yang lebih akrab disebut Tenun Sambas,
sebagaimana namanya, merupakan kerajinan tenun yang dihasilkan oleh masyarakat
Sambas, Kalimantan Barat. Konon, kain
ini telah ada sejak kesultanan Sambas dipimpin Sultan Sulaiman. Sultan
Sulaiman mendirikan Kesultanan Sambas pada tahun 1675 M dan memerintah selama
selama 10 tahun, yaitu sampai tahun 1685, dengan gelar Sultan Muhammad
Shafiuddin I. Namun, dengan melihat motif-motif tumbuhan
yang sangat dominan pada Tenun Sambas, tenunan ini mungkin telah ada sebelum
berdirinya Kesultanan Islam Sambas, yaitu ketika di Sambas masih berdiri
kerajaan-kerajaan Hindu. Jika Tenun Sambas telah ada pada masa
Sultan Sulaiman memerintah kesultanan Sambas atau bahkan sebelumnya, maka Tenun
Sambas hingga saat ini telah berumur lebih dari 300 tahun.
Keberadaan
Tenun Sambas yang mampu melewati rentang waktu tiga abad menunjukkan bahwa
tenunan ini mempunyai keistimewaan tertentu yang membuatnya senantiasa
dilestarikan. Orang-orang Sambas menggunakan kain tenunan ini sebagai pelengkap
pelaksanaan ritual adat, salah satunya adalah upacara adat perkawinan. Dalam
upacara perkawinan, kain Tenun
Sambas digunakan sebagai pelengkap barang antaran atau seserahan dari pihak
mempelai lelaki kepada mempelai perempuan, dan kain cual dijadikan balasan barang antaran dari mempelai wanita
ke pihak mempelai laki-laki (balas baki). Dengan digunakannya Tenun Sambas sebagai
salah satu pelengkap ritul adat, maka tenunan ini merupakan teman orang-orang
Sambas dalam mengarungi hidupnya. Dengan fungsinya tersebut, wajar jika Tenun
Sambas terus (baca: harus) dilestarikan oleh masyarakat Sambas.
Salah satu ciri khas Tenun Sambas adalah
keberadaan pucuk rebung atau orang Sambas biasa menyebutnya suji bilang sebagai
motifnya. Kain Tenun Sambas, menurut Suhaeri dengan mengutip Sahidah, selalu ada
pucuk rebungnya. Motif pucuk rebung berbentuk segi tiga, memanjang dan lancip.
Disebut pucuk rebung karena merupakan stilirisasi dari tunas bambu muda. Penggunaan pucuk rebung sebagai ciri khas Tenun Sambas bukan
sebuah kebetulan, tetapi memiliki makna yang luas dan mendalam. Sedikitnya ada
tiga makna dari penggunaan motif ini sebagai ciri khas. Pertama, sebagai
pengingat agar orang-orang sambas terus berupaya untuk maju. Pucuk rebung
adalah bagian dari pohon bambu yang terus tumbuh dan tumbuh. Semangat trus
tumbuh inilah yang ingin disampaikan oleh motif ini. Kedua, orang Sambas
harus senantiasa berpikiran lurus, sebagaimana tumbuhnya pucuk rebung. Pucuk rebung
selalu tumbuh lurus hingga menjulang tinggi. Ketiga, jika mencapai
puncak tertinggi, tidak boleh sombong dan arogan, sebagaimana pohon bambu yang
selalu merunduk ketika telah tinggi.
Dalam
membuat Tenun Sambas, keberadaan benang emas sangat penting. Benang emas digunakan
untuk membuat bentuk dan penanda motif pada tenunan. Begitu pentingnya
keberadaan benang emas dalam membuat Tenun Sambas, sehingga orang-orang Sambas
menyebut tenun ini dengan nama kain bannang ammas (kain benang emas). Pada zaman
dahulu, benang emas untuk membuat Tenun Sambas terbuat dari benang emas colok.
Ciri dari benang ini ringan dan tahan lama, serta warnanya tidak mudah pudar
walaupun telah berusia ratusan tahun.
Perubahan
pola pikir manusia sebagai imbas dari pencapaian-pencapain yang dialami oleh
manusia ternyata juga sedikit banyak berpengaruh terhadap keberadaan Tenun
Sambas. Kemajuan peradaban dan teknologi bagai dua sisi mata uang, di satu sisi
dia menyediakan beragam kesempatan, tetapi di sisi dia berpotensi mentiadakan
yang pernah dihasilkan oleh manusia sebelumnya. Demikian juga Tenun Sambas.
Jika keberadaan tenunan ini tidak diperlukan lagi, misalnya karena tidak memberikan
nilai lebih bagi pewarisnya, maka mungkin saja tenun ini akan dibiarkan hilang
tertelan zaman.
Pada era
1970-80-an, Tenun Sambas mengalami kejayaan, sehingga relatif cukup banyak
keluarga-keluarga di Sambas yang menjadi pengrajin Tenun Sambas. Namun, pada
era 1990-an penjualan Tenun Sambas turun drastis, sehingga tidak lagi mampu
menopang kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena menjadi penenun tidak lagi
menjanjikan secara ekonomi, sebagian besar dari para penenun tersebut memilih
menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Malaysia dan Brunei Darussalam, karena
menjadi TKI lebih menjanjikan secara ekonomi. Menurut salah seorang
pengrajin Tenun Sambas, Sahidah, di desanya hanya tinggal
15 pengrajin saja. Dari ke limabelas orang tersebut, hanya tiga pengrajin yang
aktif hanya, dan sisanya akan membuat tenunan bila ada pesanan.
Selain
persoalan penjualan (distribusi) dan semakin langkanya para penenun akibat
menjadi TKI, kendala lain yang menghadang eksistensi Tenun Sambas adalah
ketersediaan bahan baku. Benang emas sebagai bahan utama membuat Tenun Sambas
sangat sulit diperoleh dan, jikapun ada, harganya relatif mahal. Betapa
sulitnya mendapatkan benang emas untuk membuat Tenun Sambas dapat dilihat dalam
tulisan Suhaeri.
Pengrajin
tidak bisa mendapatkan benang itu lagi. Sekarang ini, pengrajin menggunakan
benang emas dari Jepang dan India. Benang dari Jepang cirinya tahan lama dan
warnanya tidak pudar. Benang India kasar dan warnanya gampang berubah. Untuk
mendapatkan benang, mesti memesan dari Jakarta... Bila ke sana, dia harus
membeli benang minimal 50 kg, supaya tidak tekor uang perjalanannya. Dia tentu
saja tidak sanggup membeli benang sebesar itu. Membeli benang secara eceran,
tentu saja membuatnya tersendat melakukan proses produksi.
Tenun Sambas memiliki warna-warna cerah cukup beragam, seperti
warna merah manggis, orange, warna paru (pink), hijau dan hitam. Tenun ini
dapat dipakai oleh kaum laki-laki maupun perempuan. Tenun Sambas yang dipakai
untuk kaum perempuan biasanya berukuran panjang 200 cm dengan lebar 1,05 cm.
Sedangkan Tenun Sambas untuk laki-laki berukuran panjang 150 cm dengan lebar 60
cm. Khusus untuk laki-laki, tenunan ini dipakai di pinggang dan berfungsi
seperti sabuk, sehingga sering juga disebut juga kain sabuk.
Harga Kain
Tenun Sambas bervariasi, tergantung pada kualitas bahan dan tingkat kesulitan
motif tenunan. Kain Tenun Sambas untuk perempuan dengan kualitas biasa dan
motif sederhana harganya sekitar 200 ribu, sedangkan yang berkualitas bagus
dengan motif yang rumit harganya sekitar 1,5 juta. Harga satu lembar
Tenun Sambas dapat melonjak hingga 2 juta apabila pelanggan ingin mendapatkan
motif khusus. Kain Tenun Sambas untuk kaum laki-laki
dengan kualitas biasa harganya minimal 150 ribu, dan harganya 750 ribu untuk
yang berkualitas bagus.
Dari
pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa Tenun Songket Sambas merupakan hasil
pencapaian kreativitas masyarakat Sambas. Sejarahnya Tenun Sambas yang cukup
panjang menjadi penutur bahwa keberadaan kain ini sangat penting dalam sejarah
perkembangan masyarakat Sambas. Selain mempunyai nilai adat yang tinggi,
tenunan ini juga mempunyai nilai ekonomis tinggi yang dapat dikembangkan untuk
menopang kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, sudah selayaknya jika para stakeholder
terus melestarikan dan mengembangkan tenunan ini.
Walaupun memiliki
nilai sejarah, budaya, dan ekonomis yang tinggi, ternyata dalam perkembangannya
kini eksistensi Tenun Sambas semakin mengkhawatirkan. Hal ini dapat dilihat
dari semakin sedikitnya jumlah para pengrajin, bahan baku yang relatif mahal
dan semakin sulit didapat, dan distribusi hasil produksi yang kurang diserap
pasar. Ketiga hal ini harus segera dicarikan solusinya agar keberadaan Tenun
Sambas tidak semakin tergilas oleh zaman, dan atau dilestarikan oleh pihak lain
karena kita lalai menjaganya.
Ada tiga hal
yang dapat dilakukan untuk mengatasi problem tersebut. Pertama, untuk
mengatasi semakin minimnya para pengrajin Tenun sambas, ada tiga hal yang dapat
dilakukan, yaitu: (a) menjamin kesejahteraan pengrajin, sehingga dengan cara
ini para pengrajin tidak perlu beralih profesi karena kebutuhan hidupnya
terpenuhi. Kasus eksodusnya para pengrajin Tenun Sambas ke Malaysia dan
Brunei Darussalam karena pekerjaan menjadi pengrajin tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya merupakan kerugian sangat besar bagi masyarakat Sambas pada
khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Bukan tidak mungkin, jika suatu saat
nanti para pengrajin yang menjadi TKI ini di organisir oleh negara tujuan
mereka untuk membuat Tenun Sambas, dalam lima
sampai sepuluh tahun ke depan akan bermunculan Tenun Sambas made in
Malaysia atau Brunei; (b) menggiatkan pelatihan keterampilan membuat Tenun
Sambas. Dengan cara ini, di Sambas akan senantiasa tersedia para pengrajin
Tenun Sambas. Ketersediaan para pengrajin ini, merupakan salah satu cara melestarikan
dan mengembangkan Tenun Sambas; (c) menanamkan pada diri anak-anak Sambas rasa
memiliki terhadap Tenun Sambas. Cara yang dapat dilakukan adalah melalui
palajaran muatan lokal. Selain itu, dapat juga dengan melakukan kunjungan rutin
ke sentra-sentra pengrajin Tenun Sambas. Internalisasi kecintaan anak-anak
sekolah terhadap Tenun Sambas merupakan investasi strategis terjaminnya
kelestarian tenunan ini, karena merekalah dalam jangka waktu 20 tahun mendatang
yang akan membuat kebijakan. Jika mereka mempunyai kecintaan terhadap Tenun
Sambas, maka ketika menjadi decision maker tentu keputusan-keputusan
yang diambil akan berpihak pada pelestarian tenunan ini.
Kedua, menjamin ketersediaan bahan baku Tenun
Sambas. Ketersediaan bahan baku merupakan salah satu faktor penting bagi
berlangsungnya proses produksi Tenun Sambas. Mustahil akan ada Tenun Sambas
jika bahan baku yang diperlukan tidak ada. Oleh karena itu, pemerintah harus
menjamin ketersediaan bahan baku ini. Jika selama ini para pengrajin harus
membeli bahan baku ke luar daerah dengan harga yang mahal, karena selain untuk
membeli benang juga harus membayar biaya transportasi yang relatif mahal,
sehingga tidak sedikit pengrajin memilih menghentikan produksinya karena tidak
sanggup membelinya, maka
pemerintah berkewajiban untuk memfasilitasi para pengarajin agar mudah
mengakses bahan baku sehingga proses produksi dapat terus berlangsung. Ada
banyak cara yang dapat dilakukan pemerintah, misalnya memproduksi sendiri bahan
baku Tenun Sambas, sehingga para pengrajin tidak harus membeli ke luar kota,
atau memberikan bantuan modal sehingga para pengrajin mampu membeli bahan baku
tenunan tersebut.
Ketiga, memperluas wilayah distribusi hasil produksi. Hukum pasar mengatakan bahwa
barang-barang produksi akan diterima oleh pasar, apabila keberadaan barang
tersebut diterima oleh konsumernya. Demikian juga dengan Tenun Sambas. Tenunan
ini akan diterima (diserap) pasar apabila keberadaannya diperlukan oleh
konsumer. Jika tidak,
maka jangan harap pasar akan menerima tenunan ini. Oleh karena itu, pengrajin
Tenun Sambas harus mampu mengakomodir selera pasar, tentu saja tanpa
meninggalkan ciri khas tenunan ini.
Ada tiga
hal yang dapat dilakukan agar Tenun Sambas dapat diterima pasar. (a) Mengembangkan
motif tenunan. Pengembanagan motif merupakan keharusan agar motif Tenun Sambas
semakin banyak dan menarik. Dengan cara ini, Tenun Sambas akan mampu bersaing
dengan produk-produk kain modern yang biasanya sangat menarik. Salah seorang
pengrajin Kain Tenun Sambas misalnya, membuat motif dengan mengadopsi berbagai tanaman maupun hewan yang ada di
sekitarnya, salah satu hasilnya adalah motif daun Gali yang bentuknya pipih dan memanjang. Tumbuhan ini banyak tumbuh di
sekitar Sungai Sambas. Agar motif hasil kreativitas masyarakat
tersebut tidak dklaim oleh pihak lain, maka pemerintah seharusnya memfasiltasi
agar motif tersebut mendapatkan perlindungan hukum (memiliki hak cipta). (b) Memperbanyak derivasi jenis produk.
Untuk memperluas pasar Tenun Sambas, salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah memperbanyak derivasi produk yang dihasilkan. Jika selama ini hanya
digunakan untuk baju bagi kaum perempuan, dan ikat pinggang untuk laki-laki,
maka untuk pengembangannya perlu dibuat derivasi produk yang lebih variatif,
seperti taplak meja, peci, syal, dasi, sajadah, hiasan dinding, gordyn, hiasan
dinding, dan lain sebagainya. (c) Menggencarkan promosi. Setelah motif
diperbanyak, dan derivasi produk semakin beragam, maka hal lain yang harus
dilakukan adalah mempromosikannya agar tenunan ini semakin dikenal oleh
masyarakat. Dengan lebih dikenal, semakin besar peluang Tenun Sambas diminati
pemakainya.
Agar
awet, tahan lama, dan warnanya tidak pudar, Kain Tenun Sambas harus
diperlakukan secara khusus. Selain harus hati-hati dalam memakainya, kain ini
tidak boleh dicuci dan dikucek. Andaikan terpaksa harus dicuci, maka cara
mencucinya cukup dengan dibilas. Pada masa kini, cukup dengan dry laundry.
Selain itu, kain ini tidak boleh dijemur di bawah terik matahari langsung,
karena warna dan motifnya akan cepat memudar dan rusak. Cara menjemurnya cukup
dengan diangin-anginkan saja. Demikian juga cara menyimpannya, harus dilakukan
secara hati-hati.
B. Bahan-Bahan dan Peralatan
Bahan-bahan
yang diperlukan untuk membuat Tenun Sambas, antara lain:
·
Kapas. Bahan ini merupakan bahan dasar
untuk membuat tenunan. Kapas ini dipintal sehingga menjadi benang. Saat ini,
para pengrajin tidak perlu lagi memintal kapas menjadi benang, karena benang
untuk membuat tenunan telah banyak dijual di toko-toko.
·
Pewarna. Bahan ini diperlukan untuk
mewarnai benang yang hendak digunakan untuk membuat Kain Tenun Sambas.
Pewarnaan benang berdasarkan warna Kain Tenun Songket yang hendak dibuat. Dan
biasanya, proses pewarnaan membutuhkan waktu relatif cukup lama. Saat ini,
pengrajin tidak perlu lagi mewarnai benang sendiri, karena benang-benang dengan
warna yang dibutuhkan saat ini telah banyak dijual di toko.
·
Benang emas. Keberadaan Kain Tenun Sambas
tidak dapat dipisahkan dari benang jenis ini. Dalam Tenun Sambas, benang emas
berfungsi sebagai pembatas dan pembentuk motif. Pada zaman dahulu, benang
emas terbuat dari benang emas colok. Benang ini relative ringan, awet, dan warnanya tidak mudah pudar
asalkan dirawat dengan baik. Namun, saat ini jenis benang ini sudah tidak ada
lagi. Sekarang ini, pengrajin menggunakan benang emas dari Jepang dan India .
Adapun peralatan
yang diperlukan, antara lain:
·
Pemintal benang.
·
Gigi suri. Alat ini berbentuk berbentuk
seperti sisir dan terbuat dari kulit enau atau kulit bemban. Digunakan untuk
menyatukan benang pakan dengan benang lusin.
·
Alat songketan yang terbuat dari bulu
landak. Alat ini digunakan untuk memindahkan atau menyalin motif kain dari pola
ke benang lusin.
·
Alat tenun. Sebagaimana namanya, alat ini
digunakan untuk membuat kain tenun.
C. Proses Pembuatan
Proses pembuatan Tenun Sambas
relatif sukup sulit dan rumit. Untuk mempunyai keahlian menenun, seseorang
membutuhkan waktu minimal dua tahun untuk belajar. Keahlian menenun sangat
berpengaruh terhadap hasil tenunan yang dihasilkan. Semakin mahir seseorang
menenun, motif tenunan yang dibuat juga biasanya semakin rumit dan sulit. Semakin
sulit dan rumit motif yang dibuat, semakin mahal harga tenunan yang dihasilkan.
Waktu yang diperlukan untuk
membuat satu lembar Tenun Sambas relatif bervariasi. Selain faktor kemahiran
penenunnya, lamanya waktu yang diperlukan tergantung pada motifnya. Semakin
sulit motifnya, semakin lama waktu yang diperlukan. Jika motifnya relatif
sulit, dalam sebulan seorang penenun terkadang hanya mampu menghasilkan
selembar Kain Tenun Sambas. Tapi jika motifnya biasa, selembar Kain Tenun
Sambas dapat diselesaikan dalam waktu dua minggu atau lebih cepat. Secara garis besar, ada tiga tahapan
dalam pembuatan Kain Tenun Sambas, yaitu persiapan, pembuatan, dan
pendistribusian.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap
persiapan, ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu:
1. Membuat motif tenunan yang hendak
dibuat. Tahap paling awal dari proses pembuatan Tenun Sambas adalah membuat
pola dan motif tenunan. Membuat pola dan motif harus
dilakukan dengan teliti dan tidak asal menggambar. Biasanya motif itu digambar
terlebih dahulu di kertas bergaris dan berkotak-kotak kecil. Ada
strategi khusus agar motif dan pola yang dibuat dapat dipindah ke kain tenunan.
Bila dalam membuat gambar motif salah, maka penempatan benangnya juga akan
salah. Padahal, salah menempatkan satu benang saja, pekerjaan membuat motif
tenunan harus diulangi dari awal.
2. Mempersiapkan bahan-bahan.
Setelah pola dan motif dibuat, maka tahap selanjutnya adalah mempersiapkan
benang-benang, baik warna maupun banyaknya, yang diperlukan untuk membuat Kain
Tenun Sambas. Mempersiapkan kebutuhan benang sesuai dengan kebutuhan untuk
menghindari kekurangan benang pada proses pembuatan tenunan, sehingga proses
pembuatan tidak terhambat dan tenunan selesai pada waktu yang telah ditentukan.
3. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
Keberadaan peralatan sangat menentukan kelancaran proses pembuatan tenunan.
Biasanya, peralatan untuk menenun telah tersedia, sehingga yang diperlukan
adalah mengecek jikalau ada masalah dengan peralatan-peralatan yang telah
tersedia.
2. Tahap Pembuatan
ketekunan dan konsentrasi tinggi
Setelah pola dan motif dibuat, benang-benang yang diperlukan
disiapkan, dan peralatan telah siap pakai, maka proses pembuatan Kain Tenun
Sambas dapat segera dimulai. Namun sebelum memulai proses penenunan, para
pengrajin harus berada dalam konsentrasi penuh. Karena pada saat melakukan proses
penenunan, seorang pengrajin harus teliti dan sabar agar tidak sekalipun
melakukan kesalahan. Satu saja benang letaknya salah,
maka harus dimulai lagi dari awal. Tahapan pembuatan Kain Tenun Sambas adalah
sebagai berikut:
1. Tahapan paling awal dari proses pembuatan Tenun Sambas adalah narraw
atau memintal benang.
2. Selanjutnya proses nganek, yaitu menggabungkan benang pakan dengan benang lusin. Alat yang digunakan untuk
menggabungkan benang ini disebut gigi suri yang berbentuk seperti sisir dan
terbuat dari kulit enau atau kulit bemban.
3. Kemudian benang digulung dengan papan tandayan. Pekerjaan ini
disebut nattar.
4. Proses selanjutnya adalah ngubung,
yaitu menghubungkan benang dari tandayan ke suri (merapatkan benang).
5. Setelah itu para pengrajin mulai melakukan
kegiatan menenun.
6. Tahap paling akhir dari pembuatan Tenun
Sambas adalah proses nyongket, yaitu membuat bunga dan memasukkan benang emas
ke motif tenunan.
Selesainya
pemasangan benang emas pada motif yang dibuat, maka pembuatan Kain Tenun Sambas
telah selesai. Selanjutnya Kain Tenun Sambas dapat dijual (atau diserahkan
kepada pemesannya) atau diolah kembali sehingga menghasilkan produk turunan
yang lebih variatif.
3.
Pendistribusian
Setelah Kain
Tenun Sambas selesai dibuat, maka tahap selanjutnya adalah mendistribusikannya.
Dalam pendistribusian, selain ditopang dengan pengemasan yang bagus, juga harus
ditopang dengan pengenalan produk yang terus menerus. Tugas untuk menumbuhkan
kecintaan dan kesadaran untuk menggunakan Kain Tenun Sambas, tidak saja
tanggungjawab para pengrajinnya, tetapi juga segenap stakeholder.
D. Motif Tenunan
Konon, Kain Tenun Sambas hingga
saat ini telah memiliki ratusan motif. Motif-motif Tenun Sambas yang saat ini
cukup dikenal masyarakat, di antaranya Tepuk Pedada, Siku Keluang, Mata
Punai, Awan Larat, Pucuk Rebung, Bunga Pecah, Bunga Melur, Biji Periak, Angin
Putar, Ragam Banji, Bunga Cengkeh, dan Bunga Cempaka. Salah satu keunikan Tenun
Sambas adalah walaupun memiliki banyak motif, motif pucuk
rebung senantiasa menjadi tajuk dalam setiap helai Kain Tenun Sambas.
Berikut ini beberapa jenis Kain Tenun Sambas dengan beberapa
motif yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat.
1. Kain
Telur Bunga Cangkring
Disebut
Telur Bunga Cangkring karena kain ini memiliki motif bunga-bunga cangkring yang
disusun dalam satu bundaran berbentuk telur warna hitam dengan kombinasi pucuk
rebung. Kain ini sangat cocok dipakai pada waktu menghadiri kegiatan-kegiatan
yang dilaksananakan pada malam hari. Dengan memakai kain ini, seseorang akan
terlihat berwibawa.
tahi lalat, talok mata ayam, tabur bunga melati kecil, bunga tanjung,
bunga malek, bunga cangkring, dan bunga mawar merah.
2. Kain
Rantai Mas
Kain Rantai
Mas ini memiliki warna dasar hijau. Kain ini biasanya dipakai oleh kaum wanita
untuk menghadiri acara-acara penting, seperti menghadiri undangan dari pembesar
suatu daerah atau undangan dari raja.
seperti: pucuk rebung, tahi lalat (berbentuk titik), bunga telur mata ayam,
tujuh tabur bunga melati kecil di tengah- tengah, bunga tanjung,
bunga malek, dan bunga cangkring.
3. Kain
Mahkota Berawan
4. Kain
Sabuk Rantai Berbintang
Kain Tenun
Sambas ini biasanya dipakai oleh kaum pria untuk melengkapai baju teluk belanga
(baju khas Melayu). Kain yang memiliki warna dasar ungu ini memiliki ukuran
setengah dari kain biasa, dan biasanya dipakai lewat batas lutut atau setengah
saja.
beberapa motif, seperti: pucuk rebung, tahi lalat, talok mata ayam,
tabur bunga melati kecil, bunga tanjung, bunga malek, bunga cangkring,
dan bunga mawar merah
5. Kain
Sabuk Bintang Timur
Kain ini
memiliki warna dasar merah muda dengan motif bintang yang sangat mencolok,
sehingga mengandung makna cita-cita yang luhur. Oleh karena itu, kain ini
sangat cocok dipakai oleh anak- anak yang menjelang baliqh.
tahi lalat (berbentuk titik), bunga telur mata ayam, tabur bunga,
bunga tanjung, dan bunga cangkring.
E. Nilai-nilai
Kain Tenun
Sambas merupakan salah satu hasil dari kreativitas masyarakat Sambas, Kalimantan
Barat, dalam menuangkan ide-ide yang dipahami dan dihayati dalam selembar kain.
Oleh karenanya, dengan demikian memperhatikan dan membaca motif-motif yang
terhampar dalam selembar Kain Tenun Sambas, kita dapat mengetahui nilai-nilai
yang dihayati dan berkembang dalam masyarakat Sambas. Nilai-nilai tersebut di
antaranya adalah nilai sakral, sejarah, pemahaman terhadap alam, kreatifitas,
inklusifitas, dan nilai ekonomis.
Pertama, nilai sakral. Kain Tenun Sambas merupakan
salah satu perlengkapan dari pelaksanaan ritual adat dan keagamaan masyarakat
Sambas. Dengan kata lain, keberadaan tenunan ini sangat diperlukan untuk
mensukseskan pelaksanaan ritual adat atau keagamaan. Oleh karena itu,
keberadaan tenunan ini merupakan pengejawantahan dari keyakinan masyarakat
Sambas.
Kedua, nilai pemahaman terhadap alam.
Dengan melihat dan membaca motif pada Kain Tenun Sambas, maka kita mengetahui
kondisi alam di mana masyarakat Sambas hidup dan membangun kebudayaannya. Alam
bagi para pengrajin Tenun Sambas merupakan sumber inspirasi untuk menciptakan
motif-motif tenunan. Sehingga dengan demikian, dengan melihat dan mempelajari
motif Kain Tenun Sambas, kita akan mengetahui flora dan fauna di Sambas dari
masa ke masa.
Ketiga, nilai kreatifitas dan ketekunan. Ragam
hias dan motif pada Tenun Sambas merupakan bukti dari kreativitas masyarakat
Sambas. Mereka menghayati alam dan melukiskannya dalam selembar kain. Proses memindahkan lukisan alam ke
dalam selembar kain bukan pekerjaan mudah, tetapi memerlukan ketekunan dan
kreatifitas tinggi.
Keempat, nilai ekonomi. Dalam paradigma ekonomi
kreatif, maka kreatifitas mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hal inilah yang
nampaknya mulai disadari oleh masyarakat Sambas. Tenun Sambas tidak saja
memiliki nilai kultural, tetapi juga nilai ekonomis tingi. Oleh karena itu,
yang diperlukan saat ini adalah menggali nilai-nilai ekonomi yang dikandungnya,
sehingga keberadaan kain ini dapat memberikan manfaat lebih kepada masyarakat.
Sebagai sumber ekonomi, maka Kain Tenun Sambas tidak hanya memberikan
kebanggaan secara budaya (imateriil) kepada masyarakat, tetapi juga yang
bersifat ekonomi (materiil).
0 comments:
Post a Comment