Blue Wings - Working In Background

"Sambas"

Powered By Blogger

GOOGLE FEED BURNER

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Thursday 24 November 2016

Bencana Alam di Sesali atau di Syukuri


     1.      Pengertian Bencana Alam
Bencana  secara etimologis adalah sesuatu yang menyebabkan dan menimbulkan kesusahan, kerugian, penderitaan, malapetaka, kecelakaan dan marabahaya, dan dapat juga berarti  gangguan, godaan serta tipuan. Kata bencana selalu identik dengan sesuatu dan situasi negatif yang dalam bahasa Inggris sepadan dengan kata disaster. Disaster berasal dari Bahasa Yunani, disatro, dis berarti jelek dan astro yang berarti peristiwa jatuhnya bintang-bintang ke bumi. Sedangkan bencana alam adalah kecelakaan besar yang disebabkan  oleh faktor alam atau faktor nonalam maupun faktor manusia , seperti kerusakan lingkungan,  gempa bumi, angin besar, dan banjir serta lain sebagainya.
2.      Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bencana Alam
Ada tiga faktor penyebab terjadinya bencana. Pertama, bencana yang murni atas kehendak dan izin dari Allah. Kedua, bencana yang terjadi akibat kontribusi perusakan yang dilakukan oleh manusia (human error). Dan ketiga, bencana sebagai bentuk rasa kasih sayang Allah SWT.
a.       Kehendak dan Izin dari Allah SWT
Bencana yang merupakan kehendak dan izin dari Allah adakalanya merupakan bencana sebagai bentuk hukuman, bencana sebagai teguran, serta bencana sebagai bentuk kasih sayang dari Allah. Bencana dalam bentuk hukuman adalah azab.
b.      Bencana Sebagai Teguran
Allah telah menetapkan ketentuan dan aturan bagi manusia. Perlu diketahui bahwa untuk melakukan semua ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah tersebut, diperlukan perjuangan yang tidak mudah, karena dalam kehidupannya manusia diiringi dengan hawa nafsu dan juga setan.
c.       Bencana Sebagai Bentuk Kasih Sayang Allah SWT
Quraish Shihab sangat menekankan bahwa ujian atau cobaan yang dihadapi itu pada hakikatnya adalah  sedikit. Menurutnya, kata  sedikit ini sangat wajar karena betapapun besarnya ujian dan cobaan, ia adalah sedikit jika dibandingkan dengan imbalan dan ganjaran yang akan diterima. Karena cobaan dan ujian itu bisa terjadi dalam bentuk yang lebih besar dari pada yang telah terjadi. Karena potensi dan nikmat yang telah dianugerah Allah kepada manusia jauh lebih besar, maka manusia pasti akan mampu melalui ujian itu jika ia telah membekali diri dengan iman dan menggunakan potensi-potensi yang telah dianugerahkan  oleh Allah SWT.
3.      Ayat al-Qur’an yang Terkait Beserta Penafsirannya
!$tBur Nà6t7»|¹r& `ÏiB 7pt6ŠÅÁB $yJÎ6sù ôMt6|¡x. ö/ä3ƒÏ÷ƒr& (#qàÿ÷ètƒur `tã 9ŽÏWx. ÇÌÉÈ  
Artinya :” Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”.

Quraish Shihab menafsirkan ‘perbuatan tangan’ pada ayat tersebut sebagai dosa dan kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia. Namun Allah adalah Maha Pengasih, Dia tetap melimpahkan rahmat-Nya dan Dia memaafkan banyak dari kesalahan-kesalahan yang telah manusia perbuat, sehingga kesalahan-kesalahan tersebut tidak mengakibatkan musibah bagi manusia. Seandainya Allah tidak memaafkannya, maka pastilah semua manusia binasa bahkan tidak akan ada satu binatang melata pun di jagad raya ini yang tersisa.
4.      Bencana Alam Perspektif  al-Qur’an
Term mushibah, bala’, fitnah, azab, fasad, ‘iqab, tadmir, dan halak menurut al-Qur’an dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu: pertama  menunjukkan kerusakan kolektif, kedua menunjukkan kerusakan secara makna, dan ketiga menunjukkan pada keburukan dan bahaya yang menimpa.
a.       Kerusakan Kolektif
Bencana yang menunjukkan pada kerusakan kolektif ini adalah bencana yang terjadi dan akibat dari perbuatan dan tindakan manusia, kemudian akibatnya dapat dirasakan dan dilihat secara langsung di dunia ini. Adapun term-term yang menunjukkan pada makna demikian adalah fasad, tadmir, dan halak.
a). Fasad
Menurut Quraish Shihab, fasad  فسد  adalah sebuah aktifitas yang mengakibatkan sesuatu yang memenuhi nilai-nilainya dan atau berfungsi dengan baik serta bermanfaat menjadi kehilangan sebagian atau seluruh nilainya sehingga berkurang fungsi dan manfaatnya.  Kata fasad  فسد sebagian besar disandingkan dengan kata al-ard’ الأرض , yang mana hal ini menunjukkan bahwa ketika kata fasad فسد digunakan dalam al-Qur’an, maka itu menunjukkan kerusakan yang ada dibumi. Quraish Shihab menjelaskan bahwa  peringatan Allah kepada manusia tentang akibat dari perusakan tersebut sangat jelas disebutkan dalam al-Qur’an, namun manusia lebih cenderung menggunakan akal dan potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan dan memenuhi semua kebutuhan hidupnya, sehingga dengan dan tanpa ia sadari petunjuk-petunjuk yang Allah berikan mereka abaikan. Adapun kerusakan terbesar yang seringkali terjadi adalah di daratan dan lautan.  Menurut Quraish Shihab, kerusakan yang terjadi di daratan dan lautan telah mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan pada lingkungan, yang sesungguhnya telah diciptakan oleh Allah dalam satu sistem yang sangat serasi sesuai dengan kehidupan manusia.
b). Tadmir
Ketika al-Qur’an menggunakan kata tadmir  تدمیر , maka di situ pasti mengandung pengertian sebuah kehancuran atau kebinasaan yang cukup parah, bahkan bisa mencakup satu negeri. Menurut Quraish Shihab kehancuran dan kebinasaan yang terdapat dalam al-Qur’an tidak selamanya berupa kehancuran secara fisik, dalam artian kehancuran tersebut menimpa gedung-gedung, bangunan-bangunan, dan lain sebagainya, namun terkadang kehancuran tersebut menunjuk pada kehancuran secara psikis, yakni kehancuran sistem kemasyarakatan dan hubungan sosial yang selaras.
c) Halak
Menurut al-Asfahani, kata halak ھلك memiliki tiga pengertian. Pertama, hilangnya sesuatu dari seseorang.  Kedua, rusaknya sesuatu akibat perbuatan seseorang. Ketiga, mati. Dalam al-Qur’an penggunaan kata halak  ھلك sering kali didahului dengan penyebutan istifham إستفھام. Ketika kata kam digunakan oleh al-Qur’an, ia seringkali dipahami dalam arti ‘banyak’. Sebagaimana kata kam yang terdapat pada Q.S. al-A’raf (7) ayat 4-5, yang berarti “Padahal betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan”.
b.      Kerusakan Secara Makna
Kerusakan secara makna yang dimaksud di sini adalah bencana yang menyebabkan kerusakan yang mana kerusakan tersebut terjadi akibat dari perbuatan manusia yang berdampak pada rohani, psikis atau keimanan mereka, atau dengan kata lain, kerusakan itu tidak tampak oleh penglihatan manusia.  Adapun term-term yang menunjukkan pada kerusakan secara makna adalah, bala’, fitnah, azab, dan ’ iqab.
a). Bala’
Kata bala’ ini berarti menguji atau memberikan cobaan. selanjutnya, kata bala’ kemudian diartikan sebagai ujian yang dapat menampakkan kualitas keimanan seseorang. Menurut Quraish Shihab, bala’ atau ujian merupakan suatu keniscayaan hidup. Ada dua bentuk bala’ yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya, Pertama, bala’ atau ujian yang khusus diberikan kepada para nabi dan rasul. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka akan semakin berat juga ujian yang diberikan Allah kepadanya. Kedua, bala’ atau ujian yang berlaku umum dan diberikan kepada seluruh umat manusia. Bala’ atau ujian pada kategori kedua ini cenderung bersifat lebih ringan, Sehingga Allah tidak hanya memberikannya kepada para nabi dan rasul saja, melainkan kepada seluruh umat manusia, baik yang beriman maupun yang tidak beriman.
b). Fitnah
Makna awal dari kata fitnah ini biasa digunakan untuk menyebutkan pandai emas yang membakar emas untuk mengetahui kadar dan kualitasnya., kemudian kata fitnah memiliki beberapa pengertian yang digunakan dalam al-Qur’an. Pertama, menunjukkan arti siksa atau memasukkan manusia ke dalam api neraka.  Kedua, menunjukkan arti bencana.  Ketiga, menunjukkan arti menguji atau memberikan cobaan, baik cobaan itu berupa nikmat atau kebaikan, maupun berupa kesulitan dan keburukan. Keempat, berarti kekacauan.
c). Azab
Penggunaan kata azab dalam al-Qur’an selalu menunjukkan pada makna siksa.Sebagian besar penggunaan kata azab dalam al-Qur’an terletak pada akhir ayat sebagai penutup dan penyebutannya dibarengi dengan kata-kata tertentu seperti, عذاب ألیم  siksa yang pedih, شدید العذاب amat besar siksanya, عذاب العظیم siksa yang besarعذاب النار siksa api neraka, عذاب المھین siksa yang menghinakan, dan lain sebagainya. Dalam ayat lain Allah menegaskan bahwa Dia adalah Maha Pengampun, sehingga selama manusia memohon ampun kepada Allah, niscaya Allah akan memaafkannya.
d). ‘Iqab
عقاب digunakan dalam pengertian kesudahan yang tidak menyenangkan, pembalasan yang berupa siksa atau sanksi atas suatu pelanggaran. Quraish Shihab membedakan antara siksa dan pembalasan. Menurutnya yang di dunia adalah siksa duniawi, dimana siksa dunia belum mencakup pembalasan, dan pembalasan-Nya akan diberikan di akhirat kelak, yaitu berupa siksa.
c.       Keburukan dan Bahaya yang Menimpa
Bencana adakalanya berupa sebuah kejadian-kejadian yang tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan, dan bisa juga menunjukkan pada suatu bahaya yang menimpa manusia. Adapun term yang menunjukkan pada pengertian tersebut adalah mushibah. Kata mushibah sendiri pada awalnya berarti mengenai atau menimpa, akan tetapi pada perkembangannya, kata ini kemudian dikhususkan pada makna musibah atau bencana saja. Menurut Quraish Shihab, pengertian mengenai atau menimpa tersebut memang bisa saja mengarah pada sesuatu yang menyenangkan, namun apabila al-Qur’an menggunakan kata mushibah, maka ia berarti sesuatu yang tidak menyenangkan yang menimpa manusia. Ada dua indikator dari al-Qur’an yang menunjukkan pada sebab-sebab diberikannya bencana kepada manusia, yaitu: (1) aidikum أیدیكم tangan kalian sendiri, dan (2) min ‘indi anfusikum من عند أنفسكم  disebabkan dari diri kalian sendiri. Kedua kata ini menunjukkan bahwa ketika al-Qur’an menyebutkan bencana dengan menggunakan term mushibah, maka di situ pasti terdapat penyebab ditimpakan bencana  terdapat penyebab ditimpakan bencana tersebut kepada manusia, yang mana itu berasal dari manusia itu sendiri.


0 comments: