Blue Wings - Working In Background

"Sambas"

Powered By Blogger

GOOGLE FEED BURNER

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

BERDIRI DI UJUNG NEGERI

PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA, TEMAJUK, SAMBAS.

TUGU GARUDA PERBATASAN

TEMAJUK, SAMBAS.

TANJUNG DATOE INDONESIA

INDAHNYA INDONESIA KU, TEMAJUK, SAMBAS.

PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA

BERDIRI DI BATAS NEGERI, TEMAJUK, SAMBAS.

TUGU KETUPAT BERDARAH

SAKSI BISU PERTUMPAHAN DARAH 1999, JAWAI, SAMBAS

Tuesday, 15 November 2016

MISKOMUNIKASI MAHASISWA DI SEBUAH PERGURUAN TINGGI

Oleh : Halim Setiawan
Perguruan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan setelah di sekolah menengah. Pendidikan tersebut diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik sehingga menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat keilmuan yang mendalam. Peserta didik yang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi disebut mahasiswa.
Mahasiswa dalam sebuah perguruan tinggi itu tidak hanya berasal dari daerah setempat melainkan datang dari berbagai daerah. Apalagi perguruan tinggi yang berada di kota-kota besar, mahasiswanya banyak yang berasal dari luar daerah hingga luar provinsi.
Setiap mahasiswa memiliki karakter, budaya dan bahasa masing-masing. Semakin banyak mahasiswanya, maka keanekaragaman juga akan terlihat jelas, sehingga komunikasi yang terbentuk semakin luas. Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan inforamasi dari satu orang kepada orang lain dengan maksud tertentu, (Tommy Suprapto, 2009: 5).  Komuniksi juga dapat diartikan sebagai proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih aktor komunikasi lewat pengguna tanda-tanda.  (Asep Saeful Muhtadi, 2012: 21). Komunikasi yang terbentuk memberikan warna tersendiri kepada setiap mahasiswa. Tidak menutup kemungkinan dengan adanya keanekaragaman tersebut, maka miskomunikasi bisa saja terjadi antar semama mahasiswa maupun antar kelompok mahasiswa. Miskomunikasi tersebut dapat menimbulkan suatu konflik yang berkepanjangan jika tidak segera dinetralisir.
Ketidakpastian makna atau tujuan karena perbedaan konsep atau konsepsi suatu ajaran yang disebabkan oleh kesalahpahaman, perbedaan persepsi, dan perbedaan tujuan akan mengakibatkan terjadinya salah komunikasi (miskomunikasi) bahkan kesenjangan komunikasi (comunication gap), atau sekurang-kurangnya akan terjadi nuansa dari variants yang dapat menimbulkan kebingungan (confusion), frustasi, atau sikap masa bodoh yang disebabkan oleh tidak adanya pengertian. (Jusuf Amir Feisal, 1995: 352).
Miskomunikasi merupakan pesan atau informasi yang disampaikan dan dipahami dengan pengertian yang salah oleh si penerima pesan atau penerima informasi. Sehingga tujuan yang diharapkan dari komunikasi tersebut tidak tercapai.
Miskomunikasi yang terjadi dalam ruang lingkup mahasiswa salah satunya bisa saja disebabkan ketidak pahaman dalam berbahasa, karena beda daerah berbeda juga bahasanya. Sebagai contoh dalam bahasa sunda kata bogoh berarti suka, sayang, dan cinta, sedangkan dalam bahasa melayu khususnya melayu Sambas, bogoh berarti orang yang kuat makan atau orang yang rakus, bogoh juga nama lain dari binatang yaitu luwak. Hanya dikarenakan kurang faham mengenai makna suatu kata dapat menimbualkan suatu konflik. Padahal maksud dari kata tersebut adalah untuk mengungkapkan sutu rasa yaitu rasa suka, cinta, dan sayang.

Bahasa sangat mempengaruhi efektif atau tidaknya suatu komunikasi. Melalui bahasa segala informasi tersampaikan untuk di proses lebih lanjut. Hal tersebut yang perlu di garis bawahi agar miskomunikasi dalam ruang lingkup mahasiswa itu tidak terjadi. Berdasarkan kasus diatas memberikan suatu contoh kepada mahasiswa yang memiliki keanekaragaman budaya maupun bahasa yang terdapat dalam suatu perguruan tinggi, agar selalu menjalin hubungan komunikasi antara satu dengan yang lain. Hargai lawan ketika bicara, karena menghargai dan menghormati lawan bicara akan membuat seseorang cenderung berhati-hati dalam memilih kata dan mengungkapkannya. Informasi yang disampaikan haruslah jelas dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh semua mahasiswa yaitu bahasa Indonesia. Semua itu adalah untuk menjaga agar miskomunikasi tidak akan terjadi, karena komunikasi yang baik adalah awal dari sebuah kesuksesan.

ISLAM INDAH LAYAKNYA PERMATA MUTIARA

Oleh: Halim Setiawan

Islam adalah agama “rahmatan lil ‘alamin” yaitu rahmat bagi sekalian alam. Ajaran yang terkandng di dalamnya menjadikan Islam mudah diterima dan diamalkan oleh pemeluknya. Hal ini dibuktikan islam tumbuh dan berkembang dengan subur hampir seluruh dunia. Bahkan menurut perkiraan badan Pusat Penelitian non-partisan Pew Washington Amarika Serikat yang dirilis pada Kamis (2 April 2015), memprediksikan pada tahun 2050 ke depan, Islam akan mendominasi penduduk di dunia. Hal ini tentunya menjadi bukti bahwa Islam itu merupakan agama yang dapat diterima oleh semua orang di dunia. Sekaligus menjadi bukti bahwa agama Islam itu adalah agama yang benar-benar memberikan rahmat kepada seluruh alam.
Secara umum, Islam memberikan pengajaran yang sangat relevan dengan kondisi sekarang ini. Hal ini dikarenakan substansi ajaran yang terkadung dalam Islam itu sangatlah luas dan lengkap. Bukti keluasan ajaran Islam tersebut jelas sekali terlihat dari hukum yang telah disyari’atkan dalam ajaran agama Islam. Diantaranya  mengenai persolan akidah, bahkan sampai pada persoalan kebersihan. Semua itu telah diatur dalam Islam.
Terkait dengan persoalan-persoalan tersebut, Islam juga sangat terbuka kepada pemeluknya. Misalnya dalam memahami persoalan hukum yang di syariatkan dalam Islam. Umat islam memahami hal tersebut berbeda-beda dan sangat beragam. Sebagai contoh, bagiamana hukumnya menggunakan media elektronik dalam berkhutbah pada hari jum’at?. Sebagian kalangan pemikir baru (modernis) banyak yang mencoba menawarkan untuk setiap khatib menampilkan isi khutbahnya dalam bentuk power point. Tujuannya adalah agar jama’ah tidak tidur atau mengantuk ketika mendengarkan Khutbah Jum’at. Namun, sebagian kalangan pemikir yang mempertahankan paham sebelumnya (tradisionalis)tidak setuju dengan penawaran tersebut. Alasan mereka adalah karena apa yang ditawarkan tidak memiliki dasar hukum dan tidak mengikuti hukum Islam. Tetapi tentu keduanya memiliki argumen yang disertai dengan dalil-dalil yang terdapat dalam sumber hukum Islam.
Terlepas dari perdebatan tersebut, jelas sekali bahwa Islam itu sangatlah memberikan ruang kepada pemeluknya untuk memahami sumber hukumnya. Berawal dari sumber hukum itulah melahirkan pandangan yang berbeda dari berbagai sisinya. Sebagaimana dikatakan oleh M. Quraish Shihab (1996: 3) dalam bukunya wawasan al-Qur’an “al-Qur’an layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing”. Jadi, tidak bisa dikatakan secara pasti bahwa apa yang ditawarkan oleh kalangan modernis salah atau tidak melaksanakan hukum Islam. Demikian juga dengan kalangan tradisionalis tidak bisa dikatakan secara pasti argumen mereka itu adalah salah atau keliru.
Berdasarkan kajian keislaman, perbedaan tersebut bukanlah hal yang harus diperdebatkan karena satu pihak mengkajinya dari sudut pandang antropologis, sedangkan pihak lainnya memandang dari sisi normatif (Ideologis). Dari kedua pandangan tersebut bisa salah juga bisa benar. Oleh sebab itu islam sangatlah indah seperti indahnya mutiara permata yang memancarakn kilauan cahaya.  Itulah bukti bahwa Islam itu sangatlah indah dan relevan dengan waktu, seperti dikatakan bahwa Islam itu “Shalih Li kulli Zaman Wal Makan” yaitu Islam adalah agama yang tidak terbetas oleh ruang dan waktu. Substansi ajarannya tetaplah sempurna mengatarkan pemeluknya kepada al-Shirat al-Mustaqim.