Blue Wings - Working In Background

"Sambas"

Powered By Blogger

GOOGLE FEED BURNER

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

BERDIRI DI UJUNG NEGERI

PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA, TEMAJUK, SAMBAS.

TUGU GARUDA PERBATASAN

TEMAJUK, SAMBAS.

TANJUNG DATOE INDONESIA

INDAHNYA INDONESIA KU, TEMAJUK, SAMBAS.

PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA

BERDIRI DI BATAS NEGERI, TEMAJUK, SAMBAS.

TUGU KETUPAT BERDARAH

SAKSI BISU PERTUMPAHAN DARAH 1999, JAWAI, SAMBAS

Sunday 27 November 2016

Imam al-Hakim



      1.      Biografi Al-Hakim
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Hamduwaih bin Nu’aim bin al-Hakam adh-Dhabbi ath-Thahmani an-Naisaburi yang sering dikenal dengan Ibnu al-Bayyi’. Beliau lahir pada 3 Rabi’ul Awwal 321 H di Naisabur[1].

Muhammad Nasiruddin al-Albani



     1.    Biografi Muhammad Nasiruddin al-Albani
Nama, Kelahiran dan Pertumbuhan Syaikh al-Albani rahimahullah. Al-Bani adalah Muhammad Nashiruddin bin Nuh, dikenal dengan kuniah Abu 'Abdurrahman. Beliau lahir di Ashkodera, ibukota Al-bania tahun 1914 M di tengah sebuah keluarga yang sangat sederhana dan sibuk dengan ilmu agama, di ibukota Albania. Bapaknya, haji Nuh, adalah salah seorang ulama besar Albania kala itu, yang pernah menuntut ilmu di Istambul, Turki, kemudian kem\bali ke Albania untuk mengajarkan ilmu dan berdakwah. Lingkungan keluarga yang menaungi Syaikh al-Albani ketika masih kanak-kanak, penuh dengan cahaya Islam, yang tampak sangat terjaga dalam setiap sisi. Saat masih muda, ia hijrah ke Damaskus, tempat ia menyelesaikan sekolah dasarnya.[1] Muhammad Nasiruddin al-Albani mulai menuntu ilmu. Di Damaskus, lelaki kecil Muhammad Nashiruddin mulai menimba ilmu dengan mempelajari Bahasa Arab di Madrasah Jam'iyah al-Is'af al-Hairi. Disanalah beliau rahimahullah mulai menapaki dunia ilmu dan kemudian mendaki kemuliaan sebagai seorang alim. Orang yang paling pertama menanamkan pengaruhnya adalah bapaknya sendiri, Haji Nuh, yang merupakan salah seorang ulama Madzhab Hanafi kala itu. Dan untuk berapa lama beliau rahimahullah mengikuti taqlid madzhabi yang diajarkan bapaknya. Akan tetapi hidayah Allah selalu datang kepada orang yang dikehendaki-Nya kebaikan pada dirinya. Dan kemudian beliau rahimahullah muncul sebagai seorang yang tidak terkekang madzhab tertentu.

SYU’BAH BIN AL-HAJJAJ


Namanya: Syu'bah bin Al-Hajjaj bin Al-Ward Al-'Ataki Al-Azdi Abu Bistham Al-Wasathi. Dia adalah mantan seorang budak yang telah dibebaskan.
Kelahirannya: Syu'bah lahir pada tahun 80 Hijriyah di daerah kekuasaan Abdul Malik bin Marwan. Sedangkan Abu Zaid Al-Harawi mengatakan, "Syu'bah lahir pada tahun 82 Hijriyah". Wallahu a'lam.
Sifat-sifatnya: Syu'bah adalah seorang yang gagap dan mempunyai kulit yang kering karena banyak melakukan ibadah. Pakaian yang dikenakan Syu'bah seperti warna debu, dia adalah orang yang banyak beribadah. Abdul Azizi bin Abi Rawwad berkata, "Ketika Syu'bah menggaruk badannya maka akan muncul debu, dia seorang yang banyak beribadah dan banyak melakukan shalat".

Abu Abdullah Al-Hakim berkata, "Syu'bah adalah pimpinan para ulama hadits yang ada di Bashrah. Syu'bah hidup sezaman dengan Anas bin Malik dan Amr bin Salamah Al-Jarmi. Dia telah mendapatkan hadits-hadits dari 400 guru dari generasi Tabi'in..
Abu Nadhar berkata, "Jika Sulaiman bin Al-Mughirah menyebut Syu'bah maka dia menyebut dengan sebutan 'pimpinan para ulama hadits' dan jika Syu'bah menyebut Sulaiman, maka dengan sebutan 'pimpinan orang-orang yang gemar membaca'."
Dari Al-Fudhail bin Ziyad, dia berkata, "Ahmad bin Hambal pernah ditanya seseorang, "Dalam ilmu hadits siapakah yang kamu senangi antara Syu'bah dan Sufyan?" Dia menjawab: "Syu'bah adalah orang yang paling cerdas dan cermat dalam hadits".
Hasan bin Isa telah berkata, "Aku mendengar Ibnul Mubarak berkata: "Ketika aku bersama Sufyan, dan datang berita tentang kematian Syu'bah, maka Ibnul Mubarak berkata, "Pada hari ini hadits telah mati".
Abu Quthn berkata, "Syu'bah memberikan sebuah surat kepadaku untuk aku berikan kepada Abu Hanifah, dan aku pun mengantarkannya. Setelah sampai, Abu Hanifah bertanya, "Bagaimana kabar Abu Bistham?" aku menjawab, "Dia baik-baik saja". Lalu Abu Hanifah berkata, "Dia adalah sebaik-baik anugerah".
Sedang Abu Nu'aim mengatakan, "Di antara para ulama terdapat seorang ulama yang sangat masyhur, ilmunya telah menyebar ke berbagai penjuru dunia dan namanya telah dicantumkan di berbagai buku sejarah. Dia seorang ulama yang hidup sederhana, menjadi seorang budak dan telah banyak meneliti tentang hadits. Dia adalah Amirul Mukminin dalam riwayat dan hadits. Karena kehadirannya, ulama-ulama hadits merasa bangga, baik yang salaf maupun yang khalaf. Dia banyak mencurahkan perhatiannya untuk melakukan penelitian tentang keshahihan hadits, membersihkan hadits dari berbagai kebatilan dan hujjahnya kuat. Ulama ini adalah Abu Bistham Syu'bah bin Al-Hajjaj. Dia seorang yang fakir, dan hanya kepada Allah lah dia menggantungkan kebutuhannya."

Umar bin Harun berkata, "Syu'bah berpuasa sepanjang tahun dan tidak ada yang mengetahuinya, Sedang Sufyan Ats-Tsauri berpuasa tiga hari dalam setiap bulannya dan telah diketahui banyak orang".
Abu Quthn berkata, "Aku tidak melihat Syu'bah sedang rukuk kecuali aku menduga dia sedang lupa, dan aku tidak melihat dia duduk dari sujud kecuali aku menduga dia sedang lupa, karena begitu khusyu' dan lamanya dia beribadah".
Syu'bah pernah berkata, " Apabila aku telah mempunyai tepung dan kayu bakar, maka tidak ada yang membuatku menderita di dunia ini".
Dari Qirad Abu Nuh, dia berkata, "Syu'bah melihatku memakai baju, dia bertanya: "Berapa kamu membeli baju itu?" Aku menjawab: "Delapan dirham", lalu dia berkata: "Celaka, takutlah pada Allah, belilah baju dengan harga empat dirham dan shadaqahkanlah yang empat dirham, karena yang demikian itu lebih baik bagimu." Aku menjawab: "Wahai Abu Bistham, sesungguhnya aku bergaul dengan banyak orang, dan aku ingin tampil indah di hadapan mereka." Lalu beliau berkata: "Apa gunanya memamerkan keindahan pada mereka".
Dari Abdurrahman bin Mahdi, dia berkata, " Aku tidak melihat orang yang lebih cerdas dari Malik bin Anas, Aku tidak melihat orang yang lebih sederhana Dari Syu'bah, dan aku tidak melihat orang yang lebih baik dalam memberi nasehat kepada umatnya dari Abdullah bin Mubarak".

Dari Abu Dawud Ath-Thayalisi, dia berkata, "Ketika kami sedang bersama Syu'bah, Sulaiman bin Al-Mughirah datang dalam keadaan menangis, maka Syu'bah bertanya kepadanya: "Apa yang membuatmu menangis wahai Abu Said?" dia menjawab: "Keledaiku mati, sehingga pemasukanku pun menjadi hilang." Syu'bah bertanya: "Berapa kamu membelinya?" dia menjawab: "Tiga dinar." Syu'bah berkata: "Aku mempunyai tiga dinar, sungguh aku tidak memiliki lebih dari itu, kemarilah." Syu'bah lalu memberikan uang tiga dinar kepada Abu Said dan berkata: "Gunakanlah uang ini untuk membeli keledai dan jangan menangis lagi".
Dari Abu Dawud, dia berkata, "Suatu ketika kami sedang berada di rumah Syu'bah untuk menulis dan mengarang kitab, tiba-tiba seorang pengemis datang, kemudian Syu'bah berkata pada kami: "Bershadaqahlah kepada pengemis itu!" Tidak ada yang mau mengeluarkan sepersen pun untuk bersedekah, sehingga beliau mengulangi lagi perkataannya: "Bersedekahlah untuk pengemis itu! Abu Ishaq telah menceritakan sebuah hadits kepadaku bahwa Rasulullah bersabda:

اِتَّقُوا النَّارَ وَ لَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
"Takutlah kalian dengan bara api neraka, (bersedekahlah) walau dengan separuh kurma".
Abu Dawud berkata: Tetap saja tidak ada yang mau mengeluarkan sedekah, sehingga Syu'bah berkata lagi: "Sesungguhnya Amr bin Murrah menceritakan sebuah hadits kepadaku bahwa Rasulullah telah bersabda:
اِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْبِشِقِّ تمَرْةَ,ٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوْا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ.
"Takutlah kalian dari bara api neraka, (bersedekahlah) walau dengan separuh kurma. Jika kalian tidak mempunyai sesuatu, maka ucapkanlah kalimat yang baik".
Tetap saja tidak ada yang mau mengeluarkan sedekah, maka Syu'bah berkata untuk yang ketiga kalinya: "Bershadaqahlah kepada pengemis itu! Sesungguhnya Muhalla Adh-Dhabi menceritakan sebuah hadits kepadaku, dari Ady bin Hatim berkata, Rasulullah bersabda:
اِسْتَتِرُوْا مِنَ النَّارَ وَلَوْبِشِقِّ تمَرْةَ,ٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوْا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ.
"Berlindunglah kalian dari sengatan api neraka (dengan bershadaqah) meskipun dengan separo korma. Jika kalian tidak mempunyai maka ucapkanlah perkataan yang baik".
Dan ketika mereka tetap saja tidak mau mengeluarkan shadaqah, maka Syu'bah berkata: "Pergilah kalian dari rumahku, sungguh aku tidak akan memberikan hadits kepada kalian selama tiga bulan". Kemudian dia masuk ke dalam rumah dan mengambil makanan dan memberikannya kepada pengemis itu sambil berkata: "Ambillah makanan ini, sesungguhnya ini adalah jatah makan kita hari ini".

E.  Kehati-Hatiannya Dalam Meriwayatkan, Kecermatan Dalam Mengambil Hadits Dan Celaannya Kepada Para Pendusta Hadits
Abu Dawud Ath-Thayalisi berkata, aku mendengar Syu'bah bin Al-Hajjaj berkata: "Setiap hadits yang tidak diriwayatkan dengan "Haddatsana" atau "Akhbarana", maka hadits itu tidak ada artinya dan tidak dianggap".
Hammad bin Zaid berkata, "Aku berpapasan dengan Syu'bah bin Al-Hajjaj yang menggenggam segumpal tanah, lalu aku bertanya kepadanya: "Mau ke mana wahai Abu Bistham?" Dia menjawab: "Aku akan menemui Aban bin Iyyasy, dia akan aku adukan ke pengadilan karena telah mendustakan Rasulullah." Aku berkata kepadanya: "Aku khawatir terhadapmu." Hammad bin Zaid lalu berkata: Kemudian aku menahannya dan dia pun kembali".
Abu Nu'aim berkata, aku mendengar Syu'bah berkata: "Sesungguhnya berzina lebih baik bagiku dari pada berdusta kepada Nabi Muhammad saw."
Abu Al-Walid berkata, Hammad bin Zaid berkata kepadaku: "Jika terjadi perselisihan antara aku dan Syu'bah, maka aku akan mengikuti pendapatnya", akupun bertanya kepadanya, "kenapa bisa seperti itu, wahai Hammad?" dia menjawab: "Karena Syu'bah tidak cukup mendengar setiap hadits dengan dua puluh kali, sedangkan aku hanya cukup mendengar sekali".
Abu Al-Walid berkata, "aku bertanya kepada Syu'bah tentang suatu hadits", maka dia menjawab: "Sungguh aku tidak akan mengatakan sesuatu kepadamu tentang hadits itu". Aku bertanya kepadanya, "Kenapa?" dia menjawab: "Karena aku tidak mendengar hadits itu kecuali hanya sekali".

1.    Guru Syu’bah bin Al-Hajjaj
a)    Anas bin Sirin,
b)   Ismail bin Raja’,
c)    Salamah bin Kuhail,
d)   Jami’ bin Syaddad,
e)    Sa’id bin Abu Sa’id Al-Maqburi,
f)    Jabalah bin Suhaim,
g)   Al-Hakam bin Utaibah,
h)   Amr bin Murrah,
i)     Zubaid bin Al-Harits Al-Yami,
j)     Qotadah bin Di’amah,
k)   Mu’awiyah bin Qurrah,
l)     Abu Jamrah Adh-Dhuba’i,
m) Amr bin Dinar,
n)   Yahya bin Abi Katsir,
o)   Ubaid bin Al-Hasan,
p)   Adi bin Tsabit,
q)   Thalhah bin Musharaf,
r)     Al-Minhal bin Amr,
s)    Sa’id bin Abu Burdah,
t)     Simak bin Al-Walid
u)   Dan lain-lain. Banyak lagi guru-guru dari Syu’bah bin Al-Hajjaj.
2.    Murid-Murid Syu’bah bin Al-Hajjaj
a)    Ayyub As-Sakhtiyani,
b)   Al-A’masy,
c)    Muhammad bin Ishaq,
d)   Ibrahim bin Sa’ad,
e)    Sufyan Ats-Tsauri,
f)    Syarikh bin Abdullah,
g)   Sufyan bin Uyainah,
h)   Yahya bin Sa’id,
i)     Abdurrahman bin Mahdi,
j)     Muhammad bin Ja’far Ghundar,
k)   Abdullah bin Al-Mubarak,
l)     Yazid bin Zurai’,
m) Khalid bin Al-Harits,
n)   Muhammad bin Abi Adi,
o)   Ibnu Ulayyah,
p)   Mu’adz, bin Mu’adz,
q)   Wahb bin Jarir,
r)     Adam bin Abu Iyas,
s)    Dan banyak lagi ulama-ulama yang menuntut ilmu dengan Syu’bah bin Al-Hajjaj yang tidak dapat disebutkan.

G. Beberapa Kata Mutiara Syu’bah bin Al-Hajjaj
Dari Muammal bin Isma'il, dia berkata: "Aku mendengar Syu'bah berkata: "Setiap hadits yang tidak disertai "Haddatsana"  adalah seperti seorang laki-laki yang berada di padang pasir yang sedang menunggang seekor unta yang tiada kendali baginya".
Hamzah bin Az-Ziyat berkata, "Aku mendengar Syu'bah bebicara tidak lancar (gagap) dan kulitnya mengering karena terlalu banyaknya dia beribadah. Syu'bah pernah berkata: "Jika aku meriwayatkan kepada kalian sebuah hadits, maka aku telah mendengar dari orang yang bisa dipercaya periwayatannya".
Ibnu Quthn berkata, "Aku mendengar Syu'bah berkata: "Tidak ada yang lebih aku takuti kecuali dimasukkan ke dalam kobaran api neraka karena meriwayatkan hadits".

Dari Syababah, dia berkata: “Aku datang kepada Syu’bah di mana dia akan meninggal. Saat itu Syu’bah sedang menangis sehingga aku menanyainya, Apa yang membuatmu sedih wahai Abu Bistham? Bergembiralah! Kamu telah lahir dalam masyarakat yang islami.” Syu’bah menjawab, “Tinggalkan diriku, sungguh aku telah hidup dalam kesenangan dan tidak mengetahui banyak hadits.”
Dari Abu Quthn, dia berkata, “Aku mendengar Syu’bah berkata: “Tidak ada yang membuat diriku takut kecuali dimasukkan ke dalam kobaran api neraka karena meriwayatkan hadits.”
Adz-Dzahabi memberikan komentar: “Setiap orang yang telah mempunyai niat yang benar dalam mencari ilmu, maka dia akan ditimpa ketakutan, sebagaimana yang dirasakan Syu’bah, dia hanya berharap untuk keselamatannya.”
Sa’ad bin Syu’bah berkata: “Ayahku memberikan wasiat, yaitu jika dia meninggal agar memusnahkan tulisannya. Dan setelah dia meninggal maka tulisannya pun dimusnahkan.”
Adz-Dzahabi menambahkan komentarnya: “Wasiat seperti ini telah dilakukan orang lain, yaitu dengan memusnahkan, membakar dan mengubur dalam tanah. Mereka takut kalau tulisan mereka jatuh di tangan orang jahat, sehingga ditambahi dan dirubah.”
Abu Bakar Manjawaih berkata: “Syu’bah lahir tahun 82 Hijriyah dan meninggal pada awal tahun 160 Hijriyah. Syu’bah meninggal dalam umurnya yang ke 77 tahun.[1]








[1] Syaikh Ahmad Farid, Biografi 60 Ulama Ahlus Sunnah Yang Paling Berpengaruh &Fenomenal Dalam Sejarah Islam, (Jakarta: Darul Haq, 2012) Hal. 325

Saturday 26 November 2016

Kolaborasi Sya'ban dan Budaya

                  
Sya'ban adalah salah satu bulan yang terdapat dalam kalender Tahun Hijriyah, sebelum Sya'ban adalah bulan Rajab dan setelah Sya'ban adalah bulan suci Ramadhan tentunya, yang mana di bulan suci Ramadhan ini umat Islam di seluruh dunia di wajibkan berpuasa selama satu bulan penuh. Bulan Sya'ban di beberapa tempat biasanya hanya biasa-biasa saja, artinya tidak seperti di bulan suci Ramadhan. Namun di bulan Sya'ban ada juga yang melaksanakan puasa sunah. Namun ada yang berbeda di Kabupaten Sambas, khusus nya di desa Mulia Dusun Suka Damai Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas, dimana setiap bulan Sya'ban selama satu bulan penuh  akan di adakan acara makan-makan yang di isi dengan  tahlilan (Sedekah Nasi). Biasanya di hari pertama bulan Sya'ban hanya satu rumah yang mengadakan Tahlilan namun jika mendekati akhir bulan Sya'ban, maka dalam satu hari bisa 2 atau 3 acara tahlilan per RT.
Di bulan Sya'ban ini setiap KK (kepala keluarga) akan mengadakan acara makan-makan atau sebut saja tahlilan ini sebelum nya harus konsultasi dulu sama Bilal (Orang yang biasanya menjadi panutan di suatu desa dan selalu diminta menjadi imam ketika membacakan do'a ). Bilal disini artinya adalah orang yang terpandang di suatu desa, biasanya Bilal ini di panggil untuk menghadiri suatu acara bersifat keagamaan untuk menjadi pemimpin do'a dengan kata lain, bilal ini adalah seseorang yang tingkat ketaqwaan dan pengetahuan agamanya luas.
Acara tahlilan ini pelaksanaannya hampir sama dengan acara " Tepung Tawar " atau acara pernikahan, dimana, yang di jemput hadir itu terbagi menjadi dua :
a.    Jika saudara atau tetangga dekat (tetangga di sekitar rumah) itu di undang satu rumah atau satu keluarga yang menempati rumah tersebut.
b.    Jika Tetangga yang jarak rumahnya lumayan jauh dari rumah, biasanya yang di undang hanya pihak laki-laki saja dengan arti kata lain hanya ketua keluarga di rumah tersebut, bisa suami atau tidak ada suami Karena di dusun Suka Damai rata-rata jarak antara rumah satu warga dengan warga lain jarak nya agak jauh, maka biasanya saudara yang rumahnya masih jauh tetap di undang untuk hadir di acara tahlilan tersebut. Kecuali Saudara yang benar-benar jauh, misalnya jarak tempuhnya bisa mencapai satu jam atau lebih.
Unik nya acara tahlilan di desa Mulia ini bukanlah di sebut tahlilan melainkan " Sedekah Nasi" atau " Ruahan Sya'ban ". Konon nya menurut orang tua bahwa acara " Sedekah Nasi " ini di laksanakan warga untuk bersedekah kepada warga sekitar, dan anggota keluarga mereka yang telah lama meninggal. Sebut saja Ibu nya mereka, adiknya atau suaminya. Sedekah untuk yang telah meninggal ini adalah berupa do'a yang di bacakan atau tahlilan itu.
Seperti biasa, jika acara yang menyangkut makan-makan atau sakral begini tidak luput dari yang namanya " antar pakatan " yaitu seseorang atau keluarga yang di undang itu membawa beras satu kilo atau lebih dalam suatu wadah, bisa saja baskom yang ada penutupnya atau semacamnya kemudian di atas beras tersebut biasanya di letakan uang seribu atau lebih. Kononnya yang hadir membawa " pakatan " itu juga bersedekah untuk tuan rumah
Sementara untuk para prianya juga begitu, setiap salaman ketika memasuki rumah yang mengadakan tahlilan acara, juga memberikan uang yang di berikan ketika bersalaman. Bedanya acara "Sedekah Nasi " denganTepung Tawar " " Acara Sunatan " atau " Pernikahan " ini adalah ketika sang tamu yang hadir hanya membawa beras saja tanpa membawa seekor ayam  dan pelaksanaan nya hanya satu hari saja. Satu hari bukan bearti satu hari penuh hanya saja bisa di pilih pagi atau sore. Kalau pagi biasanya dari Jam 9 atau jam 10 sampai selesai,yang mana jam tersebut menuju jam makan siang.  Sementara untuk sore hari bisa di pilih jam 3 sore atau jam 5 sampai selesai.
Nah acara " Sedekah Nasi " ini sudah berlansung sekian tahun lamanya, saya juga tidak tau kapan ia dimulai, namun sejak saya masih SD, hal ini sudah di lakukan oleh masyarakat setempat. Dan itu di lakukan terus menerus, dari generasi kegenerasi selanjutnya. 
Dan acara " Sedekah Nasi " ini di laksanakan satu bulan penuh di bulan Sya'ban, ia di lakukan hanya satu rumah satu kali saja. untuk mengadakan acara " Sedekah Nasi " ini bisa di lakukan dengan cara gabungan atau patungan, contoh : Suatu keluarga punya anak yang sudah menikah dan punya rumah sendiri, Si Anak yang menikah ini ingin mengadakan acara " Sedekah Nasi " namun terkendala dana yang kurang, maka ia boleh bergabung dengan Orang tuanya yang akan mengadakan acara yang sama, artinya antara si Orang tua dan Anak yang sudah menikah dan punya rumah sendiri ini sama-sama mengeluarkan dana untuk  mengadakan " Sedekah Nasi " yang tempatnya bisa di laksanakan di rumah si ortu atau di rumah si anak, tergantung kesepakatan bersama. Nah bagi yang belum cukup dana atau uang, biasanya untuk mengadakan " Sedekah Nasi " ini cukup dengan mengundang si Bilal untuk datang kerumah dan membacakan do'a dan makanan yang di sediakan tersebut di bawa bilal pulang.
Intinya acara seperti ini adalah berkah buat sang bilal, karena di bulan Sya'ban ini lah jasa sang bilal di perlukan. Dan acara seperti ini terkesan menjadi " Wajib " padahal di dalam Islam tidak mewajibkan hal tersebut dan mungkin saja tidak ada perintah tersebut. Namun menurut saya pribadi bahwa pemahaman agama masyarakat setempat berbaur dengan adat istiadat sehingga menciptakan adat istiadat yang menurut saya unik dan menarik bahkan bisa di jadikan aset untuk wisata dalam mengkaji kebiasaan yag dilakukan sebelum bulan Ramadhan yaitu Sya’ban.



Chairil Anwar Sang Pujangga


Chairil Anwar adalah seorang penyair terkemuka asal Medan yang lahir pada tanggal 26 Juli 1922.  Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di Majalah Nisan pada tahun 1942, saat itu ia baru berusia 20 tahun. Hampir semua puisi-puisi yang ia tulis merujuk pada kematian. Namun saat pertama kali mengirimkan puisi-puisinya dimmajalah Pandji Pustaka untuk dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.
 Banyak sekali karya-karya beliau sehingga dia dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku). Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin  sebagai pelopor Angkatan 45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Sekolah Dasar  untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman.
Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 28 April 1949, meskipun beliau sudah meninggal namun karya-karyanya selalu dikenang oleh seluruh penggemarnya.


Kumpulan Puisi Kaya Chairil Anwar

AKU
Karya: Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Derai-derai Cemara
Karya: Chairil Anwar

Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

Tuti Artic
Karya: Chairil Anwar

Antara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga,
adikku yang lagi keenakan menjilat es artic;
sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola
isteriku dalam latihan; kita hentikan jam berdetik.
Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa
-ketika kita bersepeda kuantar kau pulang -
panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara,
mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang.
Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar;
Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:
Sorga hanya permainan sebentar.
Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu
Aku dan Tuti + Greet + Amoi… hati terlantar,

Lagu Siul
Karya: Chairil Anwar

Laron pada mati
Terbakar di sumbu lampu
Aku juga menemu
Ajal di cerlang caya matamu
Heran! Ini badan yang selama berjaga

Tak Sepadan
Karya: Chairil Anwar

Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak saru juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangga
Habis hangus di api matamu
‘Ku kayak tidak tahu saja
Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar.

Cintaku Jauh di Pulau
Karya: Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.


Sajak Putih
Karya: Chairil Anwar

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…

Prajurit Jaga Malam
Karya: Chairil Anwar

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!


Cintaku Jauh di Pulau
Karya: Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.


Yang Terampas Dan Yang Terputus
Karya: Chairil Anwar

Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.

Rumahku
Karya: Chairil Anwar

Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke mana
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Di sini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu

Senja Di Pelabuhan Kecil
Karya: Chairil Anwar

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

Malam
Karya: Chairil Anwar

Mulai kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
Thermopylae?
jagal tidak dikenal?
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang

Malam Di Pegunungan
Karya: Chairil Anwar

Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

Krawang – Bekasi
Karya: Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Hampa
Karya: Chairil Anwar

Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.

Doa
Karya: Chairil Anwar

kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cahyaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
Karya: Chairil Anwar

aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943

Diponegoro
Karya: Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU
Karya: Chairil Anwar

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang